Bagaimana Caranya Bersabar

Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas tentang Bolehkah Marah? Inti dari pembahasan sebelumnya adalah:

Yakobus 1:20, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Kalau mau tau tentang marah seperti apa yang boleh dan yang tidak silakan buka link di atas. Namun pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas tentang bagaimana caranya agar kita dapat bersabar. Pertama – tama tentu kita perlu melihat dasar Firman Tuhan terlebih dahulu.

Amsal 14:17, Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.

Amsal 14:29, Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.

Dari dua ayat di atas, secara singkat dapat kita simpulkan bahwa orang yang panjang sabar adalah orang yang bijaksana dan berpengertian. Sebaliknya, orang yang cepat marah dikatakan sebagai orang bodoh. Jadi kita sudah langsung tahu bagaimana caranya agar bisa sabar, yaitu adalah dengan menjadi bijaksana dan besar pengertiannya. Kurang puas dengan jawabannya? Ok ayo kita bahas bagaimana caranya agar bisa menjadi bijaksana dan berpengertian, dengan kata lain berhikmat.

Amsal 1:7, Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Amsal 2:4-6, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Amsal 9:10, Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

Dari ketiga ayat di atas kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa segala hikmat, pengetahuan, pengertian, kepandaian, kebijaksaan dan lain semacamnya berasal dari satu sumber, yaitu Tuhan. Dan cara untuk dapat memperoleh itu semua bermula dari “Takut akan Tuhan”. Takut akan Tuhan di sini secara sederhana adalah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Tidak cukup hanya dari takut akan Tuhan, kita tidak cukup hanya percaya dan menjadi “Kristen” / Pengikut Kristus, kita juga harus “Mengenal” Dia. Ya, pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus adalah hal yang mutlak harus kita miliki agar kita dapat memperoleh hikmat. Kalau masih bingung bagaimana caranya memperoleh pengenalan akan Tuhan kita, mungkin cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan memulai untuk membaca alkitab dan bersaat teduh. Pembahasannya ada di artikel Memulai Membaca Alkitab dan Saat Teduh.

Dari pembahasan yang panjang di atas, secara singkat kita bisa mengetahui bahwa dengan bersaat teduh dan membaca alkitab setiap hari, kita bisa menjadi pribadi yang sabar. Sebenarnya inti dari artikel ini adalah untuk mengajak kita semua membaca alkitab dan bersaat teduh setiap hari. Dengan memperoleh pengenalan baru akan Tuhan kita setiap harinya, sedikit demi sedikit, pribadi kita akan diubahkan menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin lama semakin serupa dengan Tuhan Yesus Kristus.

Saya ingin mengakhiri pembahasan ini dengan kesaksian saya pribadi tentang marah, jika berkenan untuk mendengarkannya silakan lanjutkan membaca, jika tidak juga tidak apa – apa sih karena sebenarnya pembahasannya sudah selesai. Mengingat saya yang dulu, setidaknya pada saat saya masih bersekolah, saya merasa kalau saya adalah anak yang baik, yang patuh terhadap orang tua dan guru. Saya bukan termasuk anak yang suka berbuat ulah di sekolah, saya merasa diri saya baik – baik saja.

Namun dibalik itu semua ternyata pribadi saya sendiri adalah pribadi yang jauh dari kata sabar. Walaupun saya Kristen, beribadah setiap Minggu, cukup mengerti alkitab karena rajin sekolah Minggu, ternyata semua hal tersebut tidak membuat saya menjadi pribadi yang sabar. Mau tau buktinya? Saya mempunyai seorang adik laki – laki yang umurnya terpaut cukup jauh dari saya, berbeda 8 tahun. Pada saat saya ada di kelas 3 SMP, adik laki – laki saya itu duduk di kelas 1 SD. Ada cerita menarik yang mama saya ceritakan di sekolah adik saya. Saat ada pertanyaan pilihan ganda “Saat adik sedang menangis, tindakan seorang kakak terhadap adik adalah? A. Disayang. B. Dibiarkan. C. Dimarahi.” Kita semua tau kalau jawabannya adalah A yaitu kakak harus menyanyangi adik agar adik bisa diam, tetapi ternyata adik saya menjawab C. Ketika adik saya ditanya oleh gurunya mengapa dia menjawab C, adik saya dengan polosnya menjawab “Bu, kalau saya nangis, koko saya malah marahin saya”. Pada saat kejadian itu diceritakan, kami sekeluarga hanya tertawa, saya pun tertawa tanpa merasa bersalah terhadap diri saya sendiri.

Pada saat beranjak SMA pun demikian, saya merasa diri saya hebat dengan pengetahuan alkitab saya yang cukup baik, setidaknya jika dibandingkan dengan teman – teman yang ada di sekolah saya. Sayangnya pengetahuan saya tentang alkitab tidak diimbangi dengan pengenalan saya terhadap Tuhan Yesus. Saya mengetahui banyak tentang alkitab karena saya rajin beribadah setiap Minggu dan sekali – sekali, diulangi ya, sekali – sekali membaca alkitab. Memang kita bisa saja memperoleh pengetahuan dari hal – hal tersebut, namun ternyata jika kita hanya mengandalkan ibadah setiap Minggu dan sekali – sekali membaca alkitab, pengenalan kita akan Tuhan Yesus Kristus tidak akan benar – benar bertumbuh. Hal ini terbukti bahwa ternyata pada saat saya SMA, saya adalah pribadi yang sangat pemarah. Apalagi pada saat saya bangun tidur, orang di rumah saya sampai malas untuk membangunkan saya karena saya bisa sampai mengamuk jika dipaksa bangun. Parahnya, sampai pacar saya waktu itu (ini jangan ditiru, masa SMA tidak boleh pacaran, salah satu penyesalan saya di dalam hidup saya adalah pacaran pada waktu saya SMA) membangunkan saya pun saya marahi dan bahkan saya usir. Hal yang sangat memalukan bukan? Tapi dengan bodohnya saya yang waktu itu tidak pernah menyadari bahwa sikap saya yang seperti itu salah dan perlu diubah.

Barulah pada saat memasuki kuliah saya berada di dalam Kelompok Kecil. Di sana saya dibina dan salah satu hal yang terpenting yang mengubahkan hidup saya sampai sekarang ini adalah pelajaran tentang saat teduh. Dari dulu saya tahu pentingnya saat teduh tetapi saya terus – terusan menolak untuk melakukannya. Saya merasa tidak sempat dengan segala aktivitas saya. Tetapi di perkuliahan dengan aktivitas yang lebih banyak, saya mau belajar untuk bersaat teduh. Memang tidak mudah, saya belajar bersaat teduh dan bisa secara konsisten bersaat teduh selama 2 tahun. Selama 2 tahun saya jatuh bangun dalam melakukan saat teduh. Tetapi ketika saya menjadikan saat teduh sebagai suatu gaya hidup hal salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan setiap hari, hidup saya diubahkan.

Sekarang, saya melihat bahwa diri saya yang dulu itu ternyata bukanlah pribadi yang baik. Dengan pengenalan akan Tuhan yang setiap hari saya dapatkan sedikit demi sedikit melalui saat teduh dan pembacaan alkitab, saya semakin sadar terhadap dosa dan menjadi “jijik” sendiri terhadap diri saya yang dulu yang sering marah – marah dan membentak orang. Saya menjadi sadar sehingga dapat menceritakan hal ini. Saya dapat mengakui dosa – dosa yang dahulu saya lakukan. Jika melihat diri saya sendiri, saya pribadi merasa sangat banyak perubahan yang terjadi. Melalui pengenalan kita kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, secara tidak sadar semakin hari kita semakin diubahkan untuk menjadi serupa dengan-Nya.

Tidak bisa dipungkiri, saya masih tetap pribadi yang penuh dosa, masih banyak hal yang saya belum bisa lepaskan. Setidaknya dalam hal bersabar, Tuhan Yesus sudah ubahkan saya. Dulu saya adalah orang yang paling mudah marah, jika ada orang memarahi saya, saya bisa jadi lebih galak lagi, tidak ada apa – apapun saya bisa marah – marah sendiri. Namun ternyata Tuhan Yesus bisa mengubahkan saya. Sekarang saya merasa rugi kalau saya marah karena tenggorokan sakit dan merasa percuma jika saya marah karena dengan marah sesuatu tidak akan pernah menjadi lebih baik.

Jika Tuhan Yesus dapat mengubahkan saya yang adalah tukang marah menjadi pribadi yang lebih sabar, Tuhan Yesus juga bisa mengubah kamu melalui pengenalan akan-Nya.

1 Korintus 13:4a, Kasih itu sabar

-N.L.H-

Bolehkah Marah

Marah, suatu kata yang terdengar tidak menyenangkan. Namun marah seakan tidak bisa terlepas dari diri seorang manusia. Tidak perlu berpanjang lebar, apakah marah alkitabiah? Apakah kita boleh marah? Marah seperti apa yang diperbolehkan? Di dalam artikel ini saya akan mencoba untuk menjawabnya. Namun agar kita semakin paham betapa pentingnya hal ini dibahas, ayo coba kita cek ayat ini.

Matius 5:21-22, Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Dari ayat di atas jelas, ternyata dosa akibat marah itu disamakan dengan dosa membunuh. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan hukum yang lebih tinggi dari hukum yang selama ini orang tahu. Ternyata kemarahan bisa berakibat sangat serius. Jadi jelas marah ini adalah hal yang sangat penting yang harus dibahas.

Pertama – tama, saya mencoba untuk menggolongkan marah menjadi 3 jenis kemarahan berdasarkan penyebabnya.

1. Marah terhadap diri sendiri

Sesuai namanya, jenis kemarahan ini terjadi akibat kesalahan diri sendiri. Kita bisa saja menjadi marah karena kita kecewa terhadap diri sendiri. Tidak sedikit orang yang menyakiti dirinya sendiri karena marah dan kecewa akan apa yang sudah mereka lakukan. Jenis marah yang seperti ini sama sekali tidak boleh terjadi dan benar – benar tidak bisa dibenarkan. Solusi untuk jenis kemarahan seperti ini adalah memaafkan diri sendiri dan mencoba untuk menghargai diri kita sendiri. Kalau kita saja tidak bisa menghargai diri kita sendiri, bagaimana orang lain bisa menghargai kita? Jika itu sudah dilakukan hal selanjutnya adalah melakukan yang terbaik agar kita tidak kecewa akan diri kita sendiri. Kita harus percaya kalau Tuhan Yesus sudah menyediakan jalan yang terbaik, jadi tidak ada gunanya kita marah terhadap diri kita sendiri. Sepertinya pembahasan marah terhadap diri sendiri cukup singkat saja ya, yang terpenting adalah kita tidak boleh marah terhadap diri kita sendiri dengan alasan apapun.

2. Marah terhadap keadaan

Yang ini sama saja, ketika keadaan tidak sama seperti yang diinginkan, banyak orang marah terhadap keadaan. Jenis marah yang seperti ini juga sama, tidak boleh dengan alasan seperti apapun. Solusinya sederhana, yaitu bersyukur atas apapun yang terjadi. Bagaimana caranya bersyukur? Untung saja saya sudah membahasnya di artikel Bagaimana Caranya Agar Bisa Bersyukur? Kalau masih bingung kenapa masalah terjadi mungkin bisa juga baca Kenapa Tuhan Mengizinkan Adanya Masalah? Yang pasti tentang marah terhadap keadaan juga tidak akan saya bahas secara panjang lebar. Kesimpulannya sama seperti sebelumnya, kita tidak boleh marah terhadap keadaan apapun alasannya.

3. Marah terhadap orang lain

Kabar baiknya, mungkin ini adalah marah yang diperbolehkan. Tapi jangan senang dulu ya mendengar kata boleh marah, apalagi marah terhadap orang lain. Jangan dipikir saya akan menyetujui kalau kamu marahin orang seenaknya. Marah terhadap orang lain hanya boleh terjadi kalau ada yang salah atau yang tidak beres dengan orang lain yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Tapi itu bukan berarti kalau ada orang yang berbuat salah (melanggar Firman Tuhan ) kita boleh marah dengan kata – kata kasar dan tindakan seenaknya. Lalu bagaimana sih caranya marah yang benar?

Efesus 4:26, Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

Ya, marah yang benar adalah marah yang tidak berbuat dosa. Kalau sudah ada keluar kata – kata kotor dan menyakiti orang lain tentu saja itu namanya sudah berbuat dosa. Marah yang berbuat dosalah yang dimaksudkan oleh ayat Matius 5:22 di atas. Selain itu marah juga tidak boleh lama – lama, setidaknya tidak boleh lebih dari 24 jam. Disebutkan kalau amarah kita harus padam sebelum matahari terbenam, jadi tentu ayat ini menyatakan marah itu tidak boleh berlarut – larut. Apalagi marahnya disimpan sampai kebesokan harinya, lebih parah lagi marahnya masih berlanjut sampai minggu depan, bahkan sampai bulan depan, atau bahkan sampai tahun depan masih marah juga? Kalau sudah lebih dari 24 jam tentu itu namanya bukan marah lagi, bisa jadi itu adalah dendam, kebencian, kepahitan, atau lain sebagainya yang tidak akan dibahas di sini.  Jika ada kemarahan yang berlarut – larut, berarti itu ada yang tidak beres, kita harus cepat – cepat untuk dapat mengampuni. Jika hal itu terjadi saya sarankan untuk langsung membaca Mengampuni, Sulitkah?

Saya yakin apa yang ada dipikiran kita tentang marah yaitu sama, marah manusia yang biasanya menyakiti orang lain. Membentak sedikit apapun, itu sudah dapat menyakiti orang lain. Namun tentunya terkadang bentakan bisa saja baik dan membangun, tetapi ini sangat jarang terjadi. Marah yang ada di pikiran kita selama ini adalah marah yang sebenarnya tidak boleh dilakukan karena marah tersebut adalah marah yang berbuat dosa.

Yakobus 1:20, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Marah yang manusia lakukan biasanya tidak mengerjakan kebenaran, jadi sebisa mungkin saat kita marah, jangan lakukan tindakan marah seperti yang selama ini kita ketahui dan kita lakukan. Jadi pertanyaannya, bagaimanakah marah yang diperbolehkan? Apakah ada contoh di alkitab? Kalau ditanya seperti itu jawabannya ada, yaitu marah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Tapi tunggu dulu, marah yang dilakukan Tuhan Yesus sama sekali berbeda dengan apa yang ada di pikiran kita, ayo coba kita lihat bagaimana Tuhan Yesus marah seperti yang dituliskan alkitab.

Markus 3:5, Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

Di Markus 3:1-5 mengisahkan tentang Yesus yang membangkitkan orang mati pada hari Sabat. Yesus pada saat itu marah karena tindakan orang – orang Farisi yang salah. Untuk lebih jelasnya silakan baca perikop secara utuh. Namun Yesus tidak mengeluarkan kata – kata kasar, bahkan Yesus tetap membangkitkan orang yang mati di sana.

Markus 10:14, Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

1 perikop lagi di Markus 10:13-16 (baca sendiri untuk lebih jelasnya) yang menuliskan bahwa Yesus marah karena murid – muridnya menghalangi anak – anak yang mau datang kepada Yesus. Namun dibalik kemarahan Yesus, lagi – lagi Yesus tidak berbuat dosa, bahkan Yesus mengatakan kata – kata yang menenangkan hati dan Firman Tuhan keluar dari mulut-Nya. Ini bisa jadi contoh baik, saat kita marah perkatakanlah Firman Tuhan. Hapalkan 1 ayat (mungkin Efesus 4:29 adalah ayat yang cocok untuk dihapal) dan perkatakanlah ayat itu pada saat kita sedang marah.

Markus 8:33, Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Saat Petrus kurang suka dengan apa yang dikatakan Yesus, Yesus langsung tahu kalau ada iblis dibalik hati Petrus. Oleh karena itu di dalam marahnya Yesus malah mengusir setan dan mengucapkan kata – kata yang membangun. Lagi – lagi Yesus tidak melakukan dosa pada saat marah.

Matius 21:12-13, Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."

Mungkin ini adalah ayat favorit yang dipakai orang untuk membenarkan tindakannya untuk marah karena Yesus juga pernah marah. Tetapi kalau diperhatikan, pada kisah ini juga Yesus marah namun tidak berbuat dosa. Sebaliknya, Yesus melakukan apa yang benar, yaitu mengusir semua pedagang. Yesus membalikkan meja dan bangku namun sama sekali tidak menyakiti orang lain. Bahkan Yesus memperkatakan Firman Tuhan pada saat Ia marah.

Jadi jelas dari berbagai contoh di atas marah yang selama ini kita ketahui adalah marah yang salah dan tidak boleh dilakukan. Kita harus tahu kalau kita marah, kecenderungan yang akan kita lakukan adalah berbuat dosa. Jadi sebisa mungkin janganlah marah. Bagaimana caranya agar kita bisa bersabar? Saya sudah jelaskan di artikel lainnya yaitu Bagaimana Caranya Bersabar?

Kolose 3:8, Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

-N.L.H-

Mengampuni, Sulitkah

Banyak orang yang bertanya kepada saya “Bagaimana caranya mengampuni?” Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya mirip dengan jawaban dari artikel saya sebelumnya yaitu Bagaimana Caranya Agar Bisa Bersyukur? Ya, mengampuni adalah bukan soal bagaimana caranya karena mengampuni adalah masalah respon hati kita, respon hati kita adalah masalah keputusan. Jadi untuk dapat mengampuni yang perlu kita lakukan adalah mengambil keputusan untuk mengampuni. Mungkin kebanyakan dari kita akan bilang seperti ini “Tapi kan sulit min”. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang mengampuni secara lebih dalam. Tidak seperti artikel – artikel sebelumnya dimana saya lebih banyak membahas ayat alkitab, sekarang saya akan mencoba untuk membagikan kesaksian hidup saya tentang mengampuni.

Mengapa kita harus mengampuni?

Matius 6:14-15, Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Markus 11:25-26, Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)

Ya, karena mengampuni adalah apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Perintah artinya harus dilakukan, bukan tentang bagaimana caranya. Kita mengampuni karena kita terlebih dahulu menerima pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus. Orang yang tidak mau mengampuni akan menerima konsekuensi, yaitu dosanya tidak akan diampuni. Matius 18:21-35 yang berbicara mengenai perumpamaan tentang pengampunan mungkin akan lebih banyak berbicara.

Berapa kali kita harus mengampuni kesalahan orang yang sama?

Matius 18:22, Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Ayat di atas bukan berarti kita harus mengampuni hanya sampai 490 kali, tetapi lebih dari itu, kita harus senantiasa mengampuni kesalahan orang lain, seberapa banyak dan seberapa sering pun kesalahannya.

Bagaimana kalau tidak mau mengampuni?

Yang pertama sudah dijelaskan di atas, jika kita tidak mau mengampuni maka Bapa yang di Sorga juga tidak akan mengampuni kita. Tetapi lebih dari itu, ketika kita tidak mau mengampuni, itu sama dengan menyimpan luka di dalam hati kita. Pernah dengar Beelzebul yang disebut2 sebagai penghulu setan? Dalam bahasa aslinya Beelzebul bisa diartikan sebagai “Dewa Lalat”. Tau lalat suka hinggap dimana? Ya, lalat suka hinggap pada luka. Kalau lalat biasa suka hinggap pada luka luar, maka Beelzebul suka hinggap pada luka di dalam hati. Ketika hati kita terluka, satu – satunya obat untuk mengobati hati kita adalah dengan pengampunan. Jika luka itu tidak diobati, semakin lama luka itu bisa saja semakin besar dan membusuk. Saat ada luka di hati kita maka iblis pun akan dengan mudah menyerang kita karena hati yang penuh luka adalah tempat kesukaannya iblis untuk tinggal. Jadi tidak mau kan hatinya dipenuhi luka dan dihinggapi oleh iblis? Lepaskanlah pengampunan.

Tapi kan sulit…

Ya, saya tahu untuk mengampuni bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu izinkanlah saya untuk membagi sedikit kisah hidup saya terkait mengenai pengampunan. Mohon maaf sebelumnya kalau sebagian besar dari kesaksian ini sebenarnya tidak ada hubungannya, tetapi saya sekedar ingin membagikan kisah hidup saya. Saya lahir di keluarga yang sangat sederhana. Papa saya baru mengenal Tuhan Yesus pada saat menikah dengan mama saya. Masa kecil saya seingat saya sih sangat bahagia walaupun bisa dibilang tidak berkecukupan. Yang saya tahu dari mama saya, sewaktu saya kecil papa saya sering sekali berlutut di hadapan Tuhan dan mencari Tuhan setiap hari, bahkan saya ingat waktu kecil (mungkin sekitar umur 5 tahun) saya sering diajak untuk merenungkan alkitab walaupun pada akhirnya saya lupakan sih, maklum lah namanya juga anak kecil. Tetapi saya yakin benih Firman yang ditabur pada masa kecil saya, termasuk pada saat saya ada di sekolah Minggu tidak ada yang sia – sia.

Saat keluarga saya sungguh – sungguh ada di dalam TUhan Yesus, kehidupan kami mulai membaik sampai akhirnya memang bisa dibilang hidup kami berkecukupan. Seiring dengan bertambah majunya usaha papa saya, papa saya sedikit demi sedikit mulai menjauh dari kehidupan saya. Yang biasanya selalu pulang jam 5 sore, papa saya jadi suka pulang malam sampai jam 11 malam. Tidak hanya itu, papa saya juga sangat sering meninggalkan keluarga untuk pergi keluar kota. Kisah selanjutnya sudah bisa ditebak, ternyata penyebab dari pulang malamnya papa saya adalah perselingkuhan! Pertama kali mengetahui hal ini, saya melihat papa dan mama saya berbicara berdua di kamar sambil menangis menangis, pada saat itu saya kira – kira duduk di bangku 5 SD dan pada saat itu saya tidak mengerti apa – apa. Sampai pada akhirnya keluarga saya yang lainlah yang menjelaskan semuanya kepada saya. Kira – kira terbayang ga apa yang terjadi pada saya selanjutnya? Ya, mulai timbul luka di hati saya.

Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Saya punya adik perempuan yang usianya hanya berjarak tidak lebih dari dua tahun dan adik laki – laki yang berjarak 8 tahun dengan saya. Pada saat kejadian itu, yang saya ingat papa meminta maaf kepada saya dan adik perempuan saya. Tanpa berpikir panjang, adik perempuan saya langsung memaafkan papa saya, sampai sekarang saya masih kagum bagaimana adik perempuan saya mempunyai hati yang mau mengampuni. Namun apa yang terjadi dengan saya? Ya, saya bukanlah orang yang mudah mengampuni. Saya lupa pada saat itu saya memaafkan papa saya atau tidak, tetapi walaupun pada akhirnya saya memaafkan, itu hanya terucap lewat mulut saja, jauh di dalam lubuk hati saya masih terdapat luka yang tersembunyi.

Kehidupan saya terus berlanjut, singkat cerita papa saya berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Sejak kejadian itu, usaha papa saya mengalami kemunduran sampai memaksanya untuk lebih lama tinggal di luar kota. Hal ini membuat hubungan saya dengan papa saya menjadi lebih jauh. Singkat cerita saat semuanya sudah menjadi lebih baik dan mungkin luka saya sudah sedikit terobati seiring dengan berjalannya waktu, pada kelas 1 SMP tiba – tiba ada beberapa orang yang datang ke rumah saya. Mereka berbicara kalau papa saya sudah menipu, dan yang paling tidak saya sangka adalah mereka menunjukkan kepada saya foto pernikahan papa saya dengan wanita lain! Jelas pada saat itu hati kecil saya antara percaya dan tidak percaya, bahkan sampai sekarang pun saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, apakah mereka hanya sekedar menipu atau bagaimana. Yang jelas usaha papa saya bisa dibilang berada di titik minus sampai mengharuskan papa saya pergi ke luar negeri untuk kabur dari kejaran orang – orang yang mempunyai masalah dengannya. Bagaimana dengan saya? Saya dan keluarga saya yang lain juga harus pindah ke luar kota untuk menghindari orang – orang tersebut. Hampir tidak ada barang yang tersisa yang keluarga saya punya karena seisi rumah saya pun dijarah oleh orang – orang tersebut. Semua kejadian ini membuat hati saya terpukul dan luka di dalam hati saya kembali timbul. Luka ini bukanlah luka biasa, bisa dibayangkan bagaimana papa saya bisa dibilang mengulangi kesalahan yang sama dua kali, bahkan kali ini papa saya membawa saya dan keluarga saya yang lain ke dalam masalahnya.

Tetapi saya tahu satu hal, mama saya adalah mama yang luar biasa, tidak peduli seberapa sakitpun dia, tetap ada pengampunan di dalam hatinya. Hal ini yang membuat saya belajar untuk “merelakan” semua yang terjadi. Merelakan di sini tidak sama dengan mengampuni, bisa dikatakan saya mungkin memaafkan tetapi hanya sekedar di mulut saja. Singkat cerita lebih dari 5 tahun saya hanya tinggal dengan mama dan kedua adik saya. Walaupun papa saya sangat sering menelepon dari luar negeri, saya berbicara dengannya setiap hari hanya seperti basa basi saja, toh itu masih papa saya dan papa sayalah yang membiayai keluarga saya dengan mengirimkan uang setiap bulan. Saya benar – benar tidak sadar kalau saya masih menyimpan kebencian kepada papa saya, saya tidak pernah benar – benar mengampuni papa saya. Tentu saya tetap beribadah setiap Minggu bahkan pengetahuan saya tentang alkitab bisa dikatakan lumayan untuk anak seumuran saya, namun hal itu ternyata tidak menjamin kalau saya bisa mengampuni.

Tahun demi tahun berlalu tanpa saya dapat benar – benar mengampuni papa saya. Saya menganggap jika papa saya tidak pernah melakukan kesalahannya, mungkin hidup keluarga kami akan tetap bahagia dan yang lebih penting lagi tetap utuh bersama – sama. Semua berjalan begitu saja sampai suatu titik kasih Tuhan Yesus menjamah hati saya, itulah titik dimana saya dapat benar – benar merasakan kasih Tuhan Yesus yang sangat besar kepada saya. Di sinilah titik balik dimana saya dapat MENGAMBIL KEPUTUSAN untuk mengampuni. Mungkin pada saat itu saya duduk di kelas 2 SMA. Saat saya mengambil keputusan itu, saya langsung meminta papa saya untuk menelepon saya (papa saya masih bekerja di luar negeri) dan saya mengungkapkan bagaimana saya benar – benar mengampuni dan mengasihi papa saya. Air mata bahagia kami berdua mengalir begitu saja, ini adalah titik dimana hubungan yang sudah putus dipulihkan oleh Tuhan Yesus. Melalui pengampunan, hubungan yang rusak dapat kembali dipulihkan. Sama seperti pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus di kayu salib yang memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah karena dosa.

Sekarang papa saya sudah pulang dan kami sudah tinggal bersama. Perlahan tapi pasti kondisi keluarga kami dipulihkan. Saya tidak pernah membayangkan bagaimana jika pada waktu itu mama saya tidak mengampuni papa saya dan minta untuk berpisah. Saya juga tidak membayangkan kalau adik perempuan saya tidak segera mengampuni papa saya, mungkin papa saya akan lebih terpukul lagi. Mama dan adik perempuan saya memberikan contoh kepada saya bagaimana mengampuni. Dan pada akhirnya Tuhan Yesuslah yang mengajarkan saya bagaimana caranya untuk mengampuni, yaitu dengan merasakan kasih-Nya dan mengambil keputusan untuk mengampuni. Tanpa Tuhan Yesus dan pengampunan, mungkin keluarga saya tidak akan dipulihkan seperti sekarang ini. Mungkin saya tidak akan bisa menceritakan hal ini. Dan mungkin saja kepahitan saya membuat saya tidak mau melayani-Nya.

Sejak saat itu, saya belajar tentang yang namanya pengampunan. Sedikit demi sedikit Tuhan Yesus mengubahkan hati saya. Jika Tuhan Yesus dapat mengubah hati saya, saya yakin Tuhan yang sama juga yang akan mengubah hati kamu yang baca ini. Jadi apakah kita masih mau menyimpan luka di hati kita? Rasakanlah kasih Tuhan Yesus yang begitu besar di dalam hidup kita dan AMBIL KEPUTUSAN untuk mengampuni sekarang. Mengampuni memang tidak mengubah orang lain, tetapi mengampuni dapat merubah diri kita. Percayalah, walaupun orang lain yang kita benci sudah berubah, selama kita tidak mau mengambil keputusan untuk mengampuni, maka akan tetap ada luka di hati kita. Dalam beberapa kasus, pengampunan tidak hanya mengubah diri kita, tetapi juga mengubah orang lain yang kita ampuni. Jadi, sekali lagi saya katakan, jika masih ada luka di hati kita, AMBIL KEPUTUSAN sekarang juga untuk mengampuni. Mungkin kita dapat mulai dengan mendoakan mereka dan memberkati mereka, belajar untuk mengasihi mereka yang menyakiti kita.

-N.L.H-

Bagaimana Caranya Agar Bisa Bersyukur

Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada saya adalah “Bagaimana caranya bersyukur?” Jujur, pertanyaan ini menurut saya adalah pertanyaan yang sangat membingungkan. Bagaimana orang bisa tidak tahu bagaimana caranya mengucapkan “Tuhan Yesus, terimakasih atas semuanya, aku bersyukur atas semua yang terjadi”. Tentu semua orang dapat mengucapkan kalimat tersebut yang artinya semua orang tahu bagaimana caranya bersyukur. Yang jadi masalah adalah, tidak semua orang dapat dengan mudah mau dan bisa mengucapkan kalimat tersebut. Yang artinya tidak semua orang mau dan bisa untuk selalu bersyukur. Jadi sesuai judul, saya tidak akan membahas bagaimana caranya bersyukur karena semua orang tahu caranya, namun saya akan membahas bagaimana caranya agar kita semua dapat bersyukur apapun yang terjadi.

Banyak orang mengira jika keadaannya menjadi baik maka mereka akan dapat dengan mudah bersyukur. Pada kenyataannya tidak sedikit orang yang saat keadaannya menjadi sangat baik mereka lupa kepada Tuhan dan pada akhirnya tidak bersyukur juga. Lebih parahnya tidak sedikit juga yang pada saat keadaannya menjadi baik malah menuntut agar keadaannya menjadi lebih baik lagi, tidak sedikit yang malah mengeluh karena masih merasa kurang puas dengan segala kebaikan yang sudah ada di dalam dirinya.

Setidaknya ada dua keadaan yang orang sangka dapat mempengaruhinya agar dapat bersyukur. Yang pertama adalah keadaan materi yang baik, misalnya keuangan yang berlebih, punya banyak rumah, punya banyak perhiasan, punya banyak mobil, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah keadaan tanpa masalah, banyak orang berpikir hidupnya akan sempurna jika mereka tidak mempunyai masalah. Benarkah keadaan dapat membuat kita dapat bersyukur?

Benarkah kekayaan materi dapat membuat kita dapat bersyukur?

Banyak orang yang menyangka dengan keadaan materi yang berlimpah – limpah dapat membuat mereka dapat merasa puas dan lebih bersyukur. Benarkah demikian. Saya tahu dua orang yang merupakan dua orang terkaya yang pernah hidup di dunia ini. Dua orang ini memiliki seisi dunia. Makanan mereka melimpah, tidak mungkin pernah habis. Bahkan mereka dapat berkomunikasi dengan Allah secara langsung. Kehidupan mereka sempurna, tidak ada polusi, tidak ada tangisan, tidak ada sakit penyakit. Mereka kaya dari segi tubuh, jiwa, maupun roh mereka. Ya, mereka adalah Adam dan Hawa. Bisa dikatakan Adam dan Hawa adalah manusia paling kaya yang pernah hidup, mereka memiliki seisi dunia. Tetapi Anda semua pasti tahu apa yang terjadi bukan? Ya, ternyata mereka berdua tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Hal ini terbukti bagaimana mereka bisa tergoda oleh iblis untuk memakan buah pengetahuan yang baik dan yang buruk yang merupakan satu – satunya buah yang dilarang oleh Allah. Jika Adam dan Hawa dapat lebih bersyukur, mereka tidak akan merasa butuh untuk memakan buah itu, karena toh mereka sudah punya seisi dunia, mereka masih punya banyak buah – buahan lain yang pastinya enak dan lezat.

Jadi jangan sampai kita terjebak oleh tipu muslihat iblis dengan berkata “Jika aku nanti sudah punya dua rumah, baru deh saya bisa puas”. Saya yakin sekaya apapun kita, kita tidak akan pernah puas. Rasa puas bisa terjadi kalau kita bersyukur terlebih dahulu. Jadi kita dapat simpulkan bahwa kekayaan materi sebenarnya tidak dapat benar – benar membuat kita bersyukur.

Tuhan Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan kalau hidup kita akan selalu diberkati. Pasti terkadang ada masa – masa sulit yang perlu kita jalani. Ya memang saya yakin jika kita di dalam Kristus kita akan hidup di dalam kelimpahan. Tapi sayang hampir semua orang percaya mereka akan diberkati di dalam Kristus namun tidak tahu apa kewajiban mereka. Belajar dari bangsa Israel di perjanjian lama, saya berkesimpulan bahwa kita akan diberkati jika kita melakukan perintah Tuhan dan tetap setia di dalam Tuhan. Jadi kita tidak boleh begitu saja percaya kalau kita akan diberkati, kita juga harus melalukan bagian kita dengan berusaha keras dan menjalankan perintah-Nya. Jika memang ternyata kita dalam masa – masa sulit dalam keuangan, ada dua kemungkinan, yang pertama Tuhan mau lihat bagaimana iman kita seperti yang terjadi pada Ayub, atau kemungkinan yang kedua adalah kita berbuat dosa dengan berpaling dari Tuhan Yesus.

Saya mencatat hanya ada 2 hal yang dijamin oleh Tuhan Yesus kalau kita tidak akan kekurangan, yaitu makanan dan minuman serta pakaian.

Matius 6:25-31  Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

Jadi jika kita sudah cukup dalam hal makanan dan minuman serta pakaian, seharusnya kita sudah dapat bersyukur. Loh rumah kok ga termasuk? Ya, memang rumah tidak termasuk. Jadi kita seharusnya bisa bersyukur walaupun kita masih mengontrak rumah. Lagipula Tuhan Yesus sendiri tidak punya rumah kok. Jadi bersyukurlah kalau belum punya rumah berarti mirip dengan Tuhan Yesus.

Matius 8:20  Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Benarkah jika hidup tanpa masalah akan membuat kita dapat bersyukur?

Percayalah sama seperti penjelasan sebelumnya, jika hidup kita tidak mempunyai masalah sekalipun tidak akan membuat kita dapat lebih mudah bersyukur. Malahan dengan banyaknya masalah yang terjadi akan membuat kita dapat bersyukur. Untuk pembahasan ini sudah saya bahas di dalam satu artikel khusus yaitu Kenapa Tuhan Mengizinkan Adanya Masalah?

Jadi bagaimana sebenarnya agar kita bisa bersyukur?

Setelah pembahasan panjang, ternyata belum ada kesimpulan sama sekali bagaimana caranya agar bisa bersyukur. Yang pasti bersyukur atau tidak bersyukur itu bukanlah tergantung pada keadaan. Bersyukur atau tidak itu tergantung dari respon hati. Respon hati itu pilihan. Jadi untuk kita bisa bersyukur caranya adalah PILIHLAH UNTUK BERSYUKUR. Keadaan yang ada sekarang mungkin saja tidak dapat kita ubah, tetapi kita dapat merubah respon hati kita. Jika sebelumnya setiap kali ada masalah kita mengeluh, kita bisa bersyukur. Kita tidak bisa bersyukur bukan karena kita tidak bisa, tetapi karena kita tidak mau memilih untuk bersyukur. Jadi setiap hari dalam kehidupan kita, dalam keadaan seperti apapun, kita harus tetap mengucap syukur.

1 Tesalonika 5:18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Ya, Tuhan Yesus menghendaki kita agar kita dapat bersyukur DALAM SEGALA HAL. Dalam segala hal artinya ya dalam segala keadaan, apapun yang terjadi. Jadi ayo kita mulai memilih untuk bersyukur apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita. Percayalah penuh kepada Tuhan Yesus yang selalu menjaga kita apapun yang terjadi. Jika kita dapat percaya akan penyertaan-Nya yang ajaib, tentu tidak sulit untuk kita bisa mengucap syukur.

-N.L.H-