Bagaimana Caranya Bersabar

Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas tentang Bolehkah Marah? Inti dari pembahasan sebelumnya adalah:

Yakobus 1:20, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Kalau mau tau tentang marah seperti apa yang boleh dan yang tidak silakan buka link di atas. Namun pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas tentang bagaimana caranya agar kita dapat bersabar. Pertama – tama tentu kita perlu melihat dasar Firman Tuhan terlebih dahulu.

Amsal 14:17, Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.

Amsal 14:29, Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.

Dari dua ayat di atas, secara singkat dapat kita simpulkan bahwa orang yang panjang sabar adalah orang yang bijaksana dan berpengertian. Sebaliknya, orang yang cepat marah dikatakan sebagai orang bodoh. Jadi kita sudah langsung tahu bagaimana caranya agar bisa sabar, yaitu adalah dengan menjadi bijaksana dan besar pengertiannya. Kurang puas dengan jawabannya? Ok ayo kita bahas bagaimana caranya agar bisa menjadi bijaksana dan berpengertian, dengan kata lain berhikmat.

Amsal 1:7, Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Amsal 2:4-6, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Amsal 9:10, Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

Dari ketiga ayat di atas kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa segala hikmat, pengetahuan, pengertian, kepandaian, kebijaksaan dan lain semacamnya berasal dari satu sumber, yaitu Tuhan. Dan cara untuk dapat memperoleh itu semua bermula dari “Takut akan Tuhan”. Takut akan Tuhan di sini secara sederhana adalah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Tidak cukup hanya dari takut akan Tuhan, kita tidak cukup hanya percaya dan menjadi “Kristen” / Pengikut Kristus, kita juga harus “Mengenal” Dia. Ya, pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus adalah hal yang mutlak harus kita miliki agar kita dapat memperoleh hikmat. Kalau masih bingung bagaimana caranya memperoleh pengenalan akan Tuhan kita, mungkin cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan memulai untuk membaca alkitab dan bersaat teduh. Pembahasannya ada di artikel Memulai Membaca Alkitab dan Saat Teduh.

Dari pembahasan yang panjang di atas, secara singkat kita bisa mengetahui bahwa dengan bersaat teduh dan membaca alkitab setiap hari, kita bisa menjadi pribadi yang sabar. Sebenarnya inti dari artikel ini adalah untuk mengajak kita semua membaca alkitab dan bersaat teduh setiap hari. Dengan memperoleh pengenalan baru akan Tuhan kita setiap harinya, sedikit demi sedikit, pribadi kita akan diubahkan menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin lama semakin serupa dengan Tuhan Yesus Kristus.

Saya ingin mengakhiri pembahasan ini dengan kesaksian saya pribadi tentang marah, jika berkenan untuk mendengarkannya silakan lanjutkan membaca, jika tidak juga tidak apa – apa sih karena sebenarnya pembahasannya sudah selesai. Mengingat saya yang dulu, setidaknya pada saat saya masih bersekolah, saya merasa kalau saya adalah anak yang baik, yang patuh terhadap orang tua dan guru. Saya bukan termasuk anak yang suka berbuat ulah di sekolah, saya merasa diri saya baik – baik saja.

Namun dibalik itu semua ternyata pribadi saya sendiri adalah pribadi yang jauh dari kata sabar. Walaupun saya Kristen, beribadah setiap Minggu, cukup mengerti alkitab karena rajin sekolah Minggu, ternyata semua hal tersebut tidak membuat saya menjadi pribadi yang sabar. Mau tau buktinya? Saya mempunyai seorang adik laki – laki yang umurnya terpaut cukup jauh dari saya, berbeda 8 tahun. Pada saat saya ada di kelas 3 SMP, adik laki – laki saya itu duduk di kelas 1 SD. Ada cerita menarik yang mama saya ceritakan di sekolah adik saya. Saat ada pertanyaan pilihan ganda “Saat adik sedang menangis, tindakan seorang kakak terhadap adik adalah? A. Disayang. B. Dibiarkan. C. Dimarahi.” Kita semua tau kalau jawabannya adalah A yaitu kakak harus menyanyangi adik agar adik bisa diam, tetapi ternyata adik saya menjawab C. Ketika adik saya ditanya oleh gurunya mengapa dia menjawab C, adik saya dengan polosnya menjawab “Bu, kalau saya nangis, koko saya malah marahin saya”. Pada saat kejadian itu diceritakan, kami sekeluarga hanya tertawa, saya pun tertawa tanpa merasa bersalah terhadap diri saya sendiri.

Pada saat beranjak SMA pun demikian, saya merasa diri saya hebat dengan pengetahuan alkitab saya yang cukup baik, setidaknya jika dibandingkan dengan teman – teman yang ada di sekolah saya. Sayangnya pengetahuan saya tentang alkitab tidak diimbangi dengan pengenalan saya terhadap Tuhan Yesus. Saya mengetahui banyak tentang alkitab karena saya rajin beribadah setiap Minggu dan sekali – sekali, diulangi ya, sekali – sekali membaca alkitab. Memang kita bisa saja memperoleh pengetahuan dari hal – hal tersebut, namun ternyata jika kita hanya mengandalkan ibadah setiap Minggu dan sekali – sekali membaca alkitab, pengenalan kita akan Tuhan Yesus Kristus tidak akan benar – benar bertumbuh. Hal ini terbukti bahwa ternyata pada saat saya SMA, saya adalah pribadi yang sangat pemarah. Apalagi pada saat saya bangun tidur, orang di rumah saya sampai malas untuk membangunkan saya karena saya bisa sampai mengamuk jika dipaksa bangun. Parahnya, sampai pacar saya waktu itu (ini jangan ditiru, masa SMA tidak boleh pacaran, salah satu penyesalan saya di dalam hidup saya adalah pacaran pada waktu saya SMA) membangunkan saya pun saya marahi dan bahkan saya usir. Hal yang sangat memalukan bukan? Tapi dengan bodohnya saya yang waktu itu tidak pernah menyadari bahwa sikap saya yang seperti itu salah dan perlu diubah.

Barulah pada saat memasuki kuliah saya berada di dalam Kelompok Kecil. Di sana saya dibina dan salah satu hal yang terpenting yang mengubahkan hidup saya sampai sekarang ini adalah pelajaran tentang saat teduh. Dari dulu saya tahu pentingnya saat teduh tetapi saya terus – terusan menolak untuk melakukannya. Saya merasa tidak sempat dengan segala aktivitas saya. Tetapi di perkuliahan dengan aktivitas yang lebih banyak, saya mau belajar untuk bersaat teduh. Memang tidak mudah, saya belajar bersaat teduh dan bisa secara konsisten bersaat teduh selama 2 tahun. Selama 2 tahun saya jatuh bangun dalam melakukan saat teduh. Tetapi ketika saya menjadikan saat teduh sebagai suatu gaya hidup hal salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan setiap hari, hidup saya diubahkan.

Sekarang, saya melihat bahwa diri saya yang dulu itu ternyata bukanlah pribadi yang baik. Dengan pengenalan akan Tuhan yang setiap hari saya dapatkan sedikit demi sedikit melalui saat teduh dan pembacaan alkitab, saya semakin sadar terhadap dosa dan menjadi “jijik” sendiri terhadap diri saya yang dulu yang sering marah – marah dan membentak orang. Saya menjadi sadar sehingga dapat menceritakan hal ini. Saya dapat mengakui dosa – dosa yang dahulu saya lakukan. Jika melihat diri saya sendiri, saya pribadi merasa sangat banyak perubahan yang terjadi. Melalui pengenalan kita kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, secara tidak sadar semakin hari kita semakin diubahkan untuk menjadi serupa dengan-Nya.

Tidak bisa dipungkiri, saya masih tetap pribadi yang penuh dosa, masih banyak hal yang saya belum bisa lepaskan. Setidaknya dalam hal bersabar, Tuhan Yesus sudah ubahkan saya. Dulu saya adalah orang yang paling mudah marah, jika ada orang memarahi saya, saya bisa jadi lebih galak lagi, tidak ada apa – apapun saya bisa marah – marah sendiri. Namun ternyata Tuhan Yesus bisa mengubahkan saya. Sekarang saya merasa rugi kalau saya marah karena tenggorokan sakit dan merasa percuma jika saya marah karena dengan marah sesuatu tidak akan pernah menjadi lebih baik.

Jika Tuhan Yesus dapat mengubahkan saya yang adalah tukang marah menjadi pribadi yang lebih sabar, Tuhan Yesus juga bisa mengubah kamu melalui pengenalan akan-Nya.

1 Korintus 13:4a, Kasih itu sabar

-N.L.H-

2 komentar: