Bolehkah Marah

Marah, suatu kata yang terdengar tidak menyenangkan. Namun marah seakan tidak bisa terlepas dari diri seorang manusia. Tidak perlu berpanjang lebar, apakah marah alkitabiah? Apakah kita boleh marah? Marah seperti apa yang diperbolehkan? Di dalam artikel ini saya akan mencoba untuk menjawabnya. Namun agar kita semakin paham betapa pentingnya hal ini dibahas, ayo coba kita cek ayat ini.

Matius 5:21-22, Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Dari ayat di atas jelas, ternyata dosa akibat marah itu disamakan dengan dosa membunuh. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan hukum yang lebih tinggi dari hukum yang selama ini orang tahu. Ternyata kemarahan bisa berakibat sangat serius. Jadi jelas marah ini adalah hal yang sangat penting yang harus dibahas.

Pertama – tama, saya mencoba untuk menggolongkan marah menjadi 3 jenis kemarahan berdasarkan penyebabnya.

1. Marah terhadap diri sendiri

Sesuai namanya, jenis kemarahan ini terjadi akibat kesalahan diri sendiri. Kita bisa saja menjadi marah karena kita kecewa terhadap diri sendiri. Tidak sedikit orang yang menyakiti dirinya sendiri karena marah dan kecewa akan apa yang sudah mereka lakukan. Jenis marah yang seperti ini sama sekali tidak boleh terjadi dan benar – benar tidak bisa dibenarkan. Solusi untuk jenis kemarahan seperti ini adalah memaafkan diri sendiri dan mencoba untuk menghargai diri kita sendiri. Kalau kita saja tidak bisa menghargai diri kita sendiri, bagaimana orang lain bisa menghargai kita? Jika itu sudah dilakukan hal selanjutnya adalah melakukan yang terbaik agar kita tidak kecewa akan diri kita sendiri. Kita harus percaya kalau Tuhan Yesus sudah menyediakan jalan yang terbaik, jadi tidak ada gunanya kita marah terhadap diri kita sendiri. Sepertinya pembahasan marah terhadap diri sendiri cukup singkat saja ya, yang terpenting adalah kita tidak boleh marah terhadap diri kita sendiri dengan alasan apapun.

2. Marah terhadap keadaan

Yang ini sama saja, ketika keadaan tidak sama seperti yang diinginkan, banyak orang marah terhadap keadaan. Jenis marah yang seperti ini juga sama, tidak boleh dengan alasan seperti apapun. Solusinya sederhana, yaitu bersyukur atas apapun yang terjadi. Bagaimana caranya bersyukur? Untung saja saya sudah membahasnya di artikel Bagaimana Caranya Agar Bisa Bersyukur? Kalau masih bingung kenapa masalah terjadi mungkin bisa juga baca Kenapa Tuhan Mengizinkan Adanya Masalah? Yang pasti tentang marah terhadap keadaan juga tidak akan saya bahas secara panjang lebar. Kesimpulannya sama seperti sebelumnya, kita tidak boleh marah terhadap keadaan apapun alasannya.

3. Marah terhadap orang lain

Kabar baiknya, mungkin ini adalah marah yang diperbolehkan. Tapi jangan senang dulu ya mendengar kata boleh marah, apalagi marah terhadap orang lain. Jangan dipikir saya akan menyetujui kalau kamu marahin orang seenaknya. Marah terhadap orang lain hanya boleh terjadi kalau ada yang salah atau yang tidak beres dengan orang lain yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Tapi itu bukan berarti kalau ada orang yang berbuat salah (melanggar Firman Tuhan ) kita boleh marah dengan kata – kata kasar dan tindakan seenaknya. Lalu bagaimana sih caranya marah yang benar?

Efesus 4:26, Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

Ya, marah yang benar adalah marah yang tidak berbuat dosa. Kalau sudah ada keluar kata – kata kotor dan menyakiti orang lain tentu saja itu namanya sudah berbuat dosa. Marah yang berbuat dosalah yang dimaksudkan oleh ayat Matius 5:22 di atas. Selain itu marah juga tidak boleh lama – lama, setidaknya tidak boleh lebih dari 24 jam. Disebutkan kalau amarah kita harus padam sebelum matahari terbenam, jadi tentu ayat ini menyatakan marah itu tidak boleh berlarut – larut. Apalagi marahnya disimpan sampai kebesokan harinya, lebih parah lagi marahnya masih berlanjut sampai minggu depan, bahkan sampai bulan depan, atau bahkan sampai tahun depan masih marah juga? Kalau sudah lebih dari 24 jam tentu itu namanya bukan marah lagi, bisa jadi itu adalah dendam, kebencian, kepahitan, atau lain sebagainya yang tidak akan dibahas di sini.  Jika ada kemarahan yang berlarut – larut, berarti itu ada yang tidak beres, kita harus cepat – cepat untuk dapat mengampuni. Jika hal itu terjadi saya sarankan untuk langsung membaca Mengampuni, Sulitkah?

Saya yakin apa yang ada dipikiran kita tentang marah yaitu sama, marah manusia yang biasanya menyakiti orang lain. Membentak sedikit apapun, itu sudah dapat menyakiti orang lain. Namun tentunya terkadang bentakan bisa saja baik dan membangun, tetapi ini sangat jarang terjadi. Marah yang ada di pikiran kita selama ini adalah marah yang sebenarnya tidak boleh dilakukan karena marah tersebut adalah marah yang berbuat dosa.

Yakobus 1:20, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Marah yang manusia lakukan biasanya tidak mengerjakan kebenaran, jadi sebisa mungkin saat kita marah, jangan lakukan tindakan marah seperti yang selama ini kita ketahui dan kita lakukan. Jadi pertanyaannya, bagaimanakah marah yang diperbolehkan? Apakah ada contoh di alkitab? Kalau ditanya seperti itu jawabannya ada, yaitu marah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Tapi tunggu dulu, marah yang dilakukan Tuhan Yesus sama sekali berbeda dengan apa yang ada di pikiran kita, ayo coba kita lihat bagaimana Tuhan Yesus marah seperti yang dituliskan alkitab.

Markus 3:5, Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

Di Markus 3:1-5 mengisahkan tentang Yesus yang membangkitkan orang mati pada hari Sabat. Yesus pada saat itu marah karena tindakan orang – orang Farisi yang salah. Untuk lebih jelasnya silakan baca perikop secara utuh. Namun Yesus tidak mengeluarkan kata – kata kasar, bahkan Yesus tetap membangkitkan orang yang mati di sana.

Markus 10:14, Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

1 perikop lagi di Markus 10:13-16 (baca sendiri untuk lebih jelasnya) yang menuliskan bahwa Yesus marah karena murid – muridnya menghalangi anak – anak yang mau datang kepada Yesus. Namun dibalik kemarahan Yesus, lagi – lagi Yesus tidak berbuat dosa, bahkan Yesus mengatakan kata – kata yang menenangkan hati dan Firman Tuhan keluar dari mulut-Nya. Ini bisa jadi contoh baik, saat kita marah perkatakanlah Firman Tuhan. Hapalkan 1 ayat (mungkin Efesus 4:29 adalah ayat yang cocok untuk dihapal) dan perkatakanlah ayat itu pada saat kita sedang marah.

Markus 8:33, Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Saat Petrus kurang suka dengan apa yang dikatakan Yesus, Yesus langsung tahu kalau ada iblis dibalik hati Petrus. Oleh karena itu di dalam marahnya Yesus malah mengusir setan dan mengucapkan kata – kata yang membangun. Lagi – lagi Yesus tidak melakukan dosa pada saat marah.

Matius 21:12-13, Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."

Mungkin ini adalah ayat favorit yang dipakai orang untuk membenarkan tindakannya untuk marah karena Yesus juga pernah marah. Tetapi kalau diperhatikan, pada kisah ini juga Yesus marah namun tidak berbuat dosa. Sebaliknya, Yesus melakukan apa yang benar, yaitu mengusir semua pedagang. Yesus membalikkan meja dan bangku namun sama sekali tidak menyakiti orang lain. Bahkan Yesus memperkatakan Firman Tuhan pada saat Ia marah.

Jadi jelas dari berbagai contoh di atas marah yang selama ini kita ketahui adalah marah yang salah dan tidak boleh dilakukan. Kita harus tahu kalau kita marah, kecenderungan yang akan kita lakukan adalah berbuat dosa. Jadi sebisa mungkin janganlah marah. Bagaimana caranya agar kita bisa bersabar? Saya sudah jelaskan di artikel lainnya yaitu Bagaimana Caranya Bersabar?

Kolose 3:8, Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

-N.L.H-

2 komentar: