-
Pertanyaan tentang pacaran beda iman atau pacaran beda agama sepertinya merupakan salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan,
-
Kata Siapa Yesus Itu Tuhan?
Banyak orang yang bilang kalau alkitab tidak pernah menyebutkan kalau Yesus adalah Tuhan dan Yesus tidak pernah menyebut dirinya adalah Tuhan. -
Memperoleh Keselamatan Kekal
Manusia hidup di dunia hanyalah untuk sementara. Namun banyak sekali orang yang khawatir bagaimana kalau mereka meninggal nanti, -
Kuasa Doa
Doa adalah nafas orang percaya. Pernyataan di atas sering kali kita dengar dan tidak asing lagi di telinga kita. Namun
Ini merupakan kesaksian dari saudara seiman kita yang telah mengalami sendiri pacaran beda iman dan bagaimana dia bisa mengambil keputusan untuk bisa lepas dari pacarnya. Sebelum membaca ini, ada baiknya membaca Pacaran Beda Agama Menurut Alkitab terlebih dahulu. Semoga kesaksian ini dapat memberkati kita semua.3 tahun lalu, saya duduk di bangku akhir sekolah menengah pertama, kelas 9. Mungkin bagi sebagian orang, umur sekian sudah pernah merasakan hal bernama cinta monyet. Demikian juga saya. Saat itu, saya menaruh kasih pada seorang laki laki yang menurut saya tampan. Laki - laki tersebut memiliki kepercayaan yang serupa dengan kita, baik, dan cukup pintar.
Saya bercerita pada teman teman saya soal perasaan saya terhadap laki - laki itu. Singkat cerita, kabar saya menyukai laki - laki itu sampai ke telinganya. Dan saya sangat ingat kata kata lelaki itu setelah mendengar saya menyukainya
Mana mau gue sama cewe jelek kayak gitu, najis!Saya memang bukan perempuan berfisik sempurna. Bahkan bisa dikatakan tidak menarik. Saya bertubuh gemuk dengan rambut acak - acakan dan kulit hitam. Penolakan tersebut begitu menyakiti saya. Apakah saya sangat jelek? Sehina itukah saya? Sakit hati saya makin menjadi kala beberapa waktu kemudian, laki - laki itu menjalin hubungan dengan perempuan yang lebih menarik, namun tidak seiman. Mulai saat itu, saya menganggap semua laki - laki hanya melihat fisik. Dan perempuan dengan fisik kurang seperti saya tidak akan menang.
Seiring berjalan waktu, saya masuk ke jenjang sekolah menengah atas. Pada suatu kejadian, saya bertemu dengan seorang laki - laki. Kita sebut saja dengan nama Anton. Anton berperawakan tinggi, kulitnya putih, namun bertubuh agak kurus. Dia adalah laki - laki yang lembut. Saya mulai sering bersama dengannya. Pulang sekolah bersama, belajar bersama. Hingga akhirnya saya menaruh hati padanya. Dia yang dapat membuat saya menyadari, bahwa ada lelaki yang tidak hanya melihat fisik. Ya, pada dia yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dengan saya. Tapi saat itu saya tidak peduli. Karena menurut saya, yang punya kepercayaan sama sudah menyakiti saya. Sedangkan dia yang berbeda kepercayaan, bisa menerima saya apa adanya dengan fisik saya yang seperti ini. Akhirnya, saya jatuh ke lubang yang seharusnya tidak boleh saya dekati.
Saya menjalin hubungan berbeda kepercayaan.
Pada awalnya, tidak ada masalah. Saya dengan Anton menjalankan kegiatan agama masing - masing seperti biasa. Namun lama kelamaan, masalah mulai muncul.
Pertama, lingkungan kami. Lingkungan kami seakan tidak menerima hubungan kami yang mereka anggap salah. Cibiran demi cibiran pun mulai kami terima. Baik dari teman - teman, maupun siapa saja yang mengetahui hubungan ini.
Kedua, orang tua kami masing - masing. Kedua orang tua kami tidak ada yang setuju. Bahkan sangat amat melarang keras. Belum lagi saya maupun Anton berasal dari suku yang dapat dibilang kental terhadap agama masing - masing.
Saat itu saya sedih. Saya marah kepada Tuhan. Saya protes kepada Tuhan. Kenapa harus seperti ini Di saat saya sudah menemukan orang yang dapat menerima saya apa adanya, tidak mengatakan bahwa saya jelek, selalu mendukung saya. Dalam pikiran saya terbesit, mengapa harus dengan yang seiman, jika yang berbeda iman lah yang dapat membuat saya nyaman?
Akhirnya, akibat sering terkena cibiran, tanpa sadar saya telah menjauh dari segala hal yang berbau agama. Untuk pergi ke gereja pun, saya mulai cari - cari alasan. Apalagi untuk kegiatan rohani remaja, yang banyak sekali membahas topik “Pacaran Berbeda Agama”. Sungguh, saat itu saya merasa sangat keras kepala dan keras hati demi mempertahankan hubungan itu.
Sampai akhirnya, tibalah saatnya saya untuk belajar SIDI. Atau sering dikenal dengan katekisasi. Sungguh, saya benar - benar setengah hati menjalani katekisasi tersebut. Karena saya tahu betul, saya tak akan bisa menghindar dari topik yang sangat saya benci. Namun orang tua saya memaksa karena itu adalah sebuah kewajiban, dan pada akhirnya saya ikut.
Sesuai dugaan, banyak hal dalam katekisasi ini yang bertopik “Pacaran Beda Agama”. Namun, apa pun yang pendeta sampaikan selama satu tahun itu, saya tidak peduli. Saya berkeras hati ingin tetap mempertahankan hubungan saya. Bahkan, secara diam - diam pun saya sudah sedikit membaca tentang agama yang dianut kekasih saya saat itu. Alangkah kerasnya kepala saya.
Sampai pada akhirnya, saya dipaksa ikut retret sebagai akhir dalam katekisasi ini. Saya makin - makin tidak bersemangat saat tahu akan pergi retret. Lagi - lagi saya berangkat retret ini dengan setengah hati. Sudah terbayang dalam pikiran saya, berhari - hari akan terjebak dalam semua hal berbau agama.
Rasanya sudah sangat lama saya tidak merasakan hal - hal rohani seperti retret ini. Jadi retret tersebut terasa sangat asing bagi saya. Berdoa setiap saat, membaca Alkitab terus menerus, bahkan game yang diadakan pun tidak jauh dari isi alkitab. Di situ saya sempat menyadari, bahwa saya sudah amat jauh dari Tuhan. Namun saya menepis pikiran itu. Saya tetap berkeras hati.
Tiba saatnya sesi yang dibawakan seorang pendeta dari luar gereja saya. Seperti biasa, saya sudah bersiap tidak mau mendengarkan apa yang akan beliau katakan. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini pendeta tersebut meminta untuk mengumpulkan ponsel. Otomatis saya tidak punya pengalihan untuk tidak mendengarkan beliau. Jam demi jam berlalu, saya hanya duduk mendengarkan tanpa menyerap apa yang beliau katakan. Hingga akhirnya, masuk pada topik yang selalu saya hindari. Seperti biasa, saya berusaha tidak mendengar. Namun ada satu perkataan pendeta tersebut yang tanpa sadar saya dengar sekaligus menampar telak diri saya sehingga hidup saya berubah.
“Nah, sekarang saya mau tanya. Masih adakah di antara kalian yang mempunyai pacar berbeda agama? Kalau masih ada, saya tantang kalian. Saat ponsel ini dikembalikan, katakan padanya ‘sayang, cukup sampai di sini hubungan kita’ karena lebih baik kalian banjir air mata sekarang, daripada setelah menikah, kalian cuci muka pakai air mata”
Selama dua tahun ini, tidak ada yang berhasil menasehati saya. Namun sepatah perkataan pendeta tersebut berhasil menampar saya. Menghancurkan kekerasan hati saya. Tanpa sadar, saya menangis. Saya teringat akan Tuhan yang pasti sangat amat tersakiti melihat saya hampir berbelok dari-Nya. Tuhan pasti sangat tersakiti melihat saya memilih menjauh dari-Nya demi orang yang tidak mempercayai-Nya.
Alangkah jahat saya. Seusai menangis, saya bertekad dalam diri saya untuk mengakhiri hubungan saya dengan Anton daripada mengakhiri hubungan saya dengan Tuhan. Bukan hal yang mudah tentunya. Apa saya menangis? Ya jelas. Saya bercucuran air mata. Apa saya ikhlas? Tidak, namun harus. Saya sedih, amat sedih. Tetapi dibalik itu, ada perasaan lega yang tidak pernah saya rasakan selama dua tahun belakangan.
Kawan - kawan, jika kalian membaca tulisan ini, mungkin kalian sedang berada dalam posisi saya dulu.
Saya tahu betul, kalian pasti menyayangi pasangan kalian yang berbeda kepercayaan dengan kalian. Bisa jadi dengan alasan yang sama dengan saya, atau mungkin dengan alasan lain.
Saya tidak menyalahkan kalian yang jatuh cinta. Jatuh cinta adalah hak semua orang, dan cupid tidak pernah mau tahu kemana panahnya akan tertuju.
Namun, kawan. Jika kalian memiliki kekasih beda keyakinan, pada akhirnya kalian hanya akan diberi pilihan, Tuhan atau manusia? Yang menciptakan, atau yang diciptakan?
Bayangkan, betapa terlukanya Tuhan yang telah mengorbankan nyawa-Nya demi menebus kita, melihat bahwa kita ada dalam posisi bisa menyalibkan-Nya untuk kedua kalinya.
Saya paham betul, apa yang akan terlintas di pikiran kawan - kawan sekalian setelah membaca pengalaman saya. Mungkin ada yang berpikir positif, ada pula yang berpikir negatif. Itu semua kembali pada kawan - kawan sekalian. Saya juga paham betul, yang kawan - kawan butuhkan adalah nasihat yang lembut, dan pengertian. Bukan cacian kasar dari orang - orang yang menganggap kawan - kawan sekalian sepenuhnya salah.
Kawan – kawan, jika saat ini kalian membaca tulisan ini, dan sedang ada dalam posisi yang sedari tadi kita perbincangkan. Ikutilah perkataan saya. Pejamkan mata Anda sejenak, dan bayangkan. Bayangkan wajah kekasih Anda. Saya yakin, kekasih Anda adalah orang yang baik dan dapat mengerti Anda. Saya paham mengapa Anda sangat menyayanginya. Lalu bayangkanlah Tuhan Yesus. Kekasih jiwa yang baik dan selalu mengerti Anda sejak Anda belum ada di dunia ini. Memberi Anda apa pun yang Anda butuhkan. Kemanakah Anda akan berlabuh?
Kawan, Tidak mudah untuk melepas apa yang berharga bagi kita. Tidak perlu terburu - buru, lakukanlah perlahan. Ingatlah, apa yang terjadi pada kawan - kawan sekalian bukan tanpa sebab. Berdoalah, berceritalah pada Tuhan. Lakukanlah untuk Tuhan. Lalu semua akan baik - baik saja, dan indah pada waktunya.
Saya mengerti keadaan kawan - kawan sekalian, tetapi Tuhan lebih mengerti.
Bekasi, 16 Maret 2017.
Kesaksian dari Eve. W.
Kita sering mendengar beberapa sebutan ini: dating, pacaran, PDKT (pendekatan), dsb. Apa pun sebutannya, yang dimaksud di sini adalah hubungan spesial dengan seorang lawan jenis sebelum memasuki pernikahan dengannya. Apa yang menentukan kesiapan kita untuk mulai menjalin hubungan khusus ini? Apakah kita siap jika sudah menginjak usia tertentu? Apakah kita siap jika telah memiliki saldo tabungan yang cukup besar? Apakah kita siap jika kita sudah mulai memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis? Ataukah kesiapan ini sebenarnya hanya merupakan konsep yang dilebih-lebihkan saja, dan kita sebenarnya boleh-boleh saja “mengalir” tanpa banyak aturan mengikuti keinginan untuk mulai berpacaran? Ternyata bukan semua ini penentunya. Myles Munroe dalam bukunya “Waiting and Dating” menjelaskan bahwa bukan alasan-alasan tersebutlah yang menjadi tolok ukur apakah kita sudah siap dating atau belum, tetapi justru tiga prinsip di bawah inilah yang perlu jadi perhatian utama bagi kita yang sudah lama tertarik pada seorang lawan jenis dan berencana segera dating dengannya... Yuk, kita lihat satu per satu, supaya kita benar-benar siap, bukan hanya merasa siap!
PRINSIP PERTAMA
“Kamu belum siap dating sampai kamu sadar sepenuhnya tentang kegunaan dan bahaya dari dating.”
Saat kita sudah memahami bukan hanya gunanya dating tetapi juga berbagai jebakan berbahayanya, itu artinya kita sudah cukup dewasa untuk mulai melakukan PDKT demi menjalin hubungan yang lebih khusus dan serius.
Kegunaan utama dari dating adalah kesempatan untuk mengenal seseorang yang baru, membangun persahabatan baru dengan sahabat dari jenis kelamin yang berbeda. Ini penting sekali, karena proses ini membantu mengembangkan rasa percaya diri sekaligus kemampuan berinteraksi kita. Selain itu, melalui proses dating, kita akan belajar saling menghargai sebagai pribadi-pribadi yang punya harga diri dan martabat yang sehat.
Tetapi, hati-hati! Di samping guna atau manfaatnya, dating juga memiliki berbagai jebakan yang berbahaya. Di peringkat pertama dari daftar jebakan dating adalah bahaya menjadi terlalu cepat intim baik secara fisik ataupun emosional pada tingkat yang terlalu dalam, yang akan menimbulkan berbagai masalah di kemudian hari.
Manusia adalah makhluk sosial, dan kita saling berhubungan pada tiga tingkat: roh, jiwa dan tubuh. Dengan kata lain, kita saling berinteraksi dalam dimensi rohani, jiwani dan jasmani. Urutan ini sangat penting. Hubungan-hubungan yang sehat seharusnya selalu dimulai pada tingkat rohani dan jiwani/intelektual (keinginan, motivasi, minat, kepribadian dan visi), bukan pada tingkat jasmani (kedekatan/kontak fisik). Dimensi jasmani adalah yang paling tidak penting di antara ketiganya, namun dari sanalah biasanya kita memulai dating. Ketertarikan fisik menjadi godaan terbesar dalam dating, padahal ketertarikan fisik akan segera diikuti dengan keterikatan emosi yang mendalam, padahal pasangan tersebut bahkan belum berkesempatan untuk menemukan kesamaan minat, impian atau visi. Saat perbedaan-perbedaan tersebut muncul, hubungan menjadi sulit, karena mereka sudah terlanjur intim secara emosional dan fisik.
Jadi, sebelum mulai dating, tanyakan dulu kepada diri sendiri, “Apa aku benar-benar sudah mengerti kegunaan sekaligus bahayanya jika aku dating dengan dia?” Memang sulit menahan perasaan hati jika kita harus bertanya dulu, apalagi bagi kita yang terlanjur jatuh hati. Jika masih bingung, silakan tanyakan kakak – kakak rohani kita, apakah kita benar – benar sudah siap untuk dating?
PRINSIP KEDUA
“Kamu siap untuk dating kalau kamu sudah paham standar Tuhan bagi hubungan dengan lawan jenis.”
Kita perlu mempelajari serangkaian pedoman yang jelas tentang cara-cara dating berdasarkan firman Tuhan. Tentu saja, ini membutuhkan kedewasaan rohani tertentu. Ingat, hanya orang yang sudah dewasa yang tidak mudah tertipu, dan hanya kebenaran firman Tuhanlah yang sanggup mendewasakan kita.
Amsal 21:2 berkata, “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” Penipu yang paling ulung adalah manusia lama kita, alias prinsip-prinsip umum yang ada di dunia ini yang dulunya kita percayai, tentang PDKT/dating.
Ingat, dating bukanlah ajang uji coba. Jangan coba-coba mulai melanjutkan hubungan ke tahap yang serius dengan siapa pun sampai kita betul-betul mengerti apa yang menjadi harapan dan standar Tuhan bagi hubungan itu. Jika kita masih ragu-ragu dengan standar yang ada, cari tahu terlebih dahulu.
PRINSIP KETIGA
“Ikuti terus pedoman dari prinsip kedua.”
Setelah memiliki iman atas standar-standar Tuhan dari Alkitab tentang membangun hubungan dengan lawan jenis, pastikan dalam roh kita bahwa kita tidak akan menurunkan atau mengkompromikan standar-standar tersebut demi alasan apa pun, bahkan termasuk jika kita harus kehilangan dia yang kita sayangi itu.
Banyak orang rela mengkompromikan standar firman Tuhan demi mendapatkan orang yang disukai atau mempertahankan agar dia tetap menjadi “milik”, namun itu sebenarnya adalah sikap kekanak-kanakan dan menyebabkan banyak masalah. Kita perlu berdiri teguh di atas kepercayaan iman kita, dan ini adalah tanda kedewasaan rohani dan emosional kita. Tuhan Yesus menghendaki yang terbaik bagi kita, maka jangan menawarkan diri kita terlalu “murah” hanya demi mendapatkan orang yang kita idam-idamkan itu. Ingat, untuk bisa mendapatkan diri kita saja, Yesus rela mengorbankan diriNya sendiri. Karena itu, tentu Dia rela melakukan segala cara supaya kita mendapatkan yang terbaik di dalam hubungan lawan jenis.
2 Timotius 3:16, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Kita semua mempercayai bahwa Alkitab adalah tulisan yang 100% diilhamkan oleh Allah sendiri dan dengan kata lain merupakan tulisan Allah sendiri. Namun dalam membaca Alkitab, kita seringkali sulit untuk mengerti salah satu ayat dalam Alkitab. Jika kita tidak dapat mengerti arti dari suatu ayat, hal ini tentunya akan membuat adanya perasaan yang mengganjal di hati kita. Bisa jadi iman kita akan goyah jika kita salah mengartikan suatu ayat Alkitab. Hal ini juga akan menjadi masalah ketika ada orang Kristen yang kebingungan menjelaskan arti dari suatu ayat ketika ada orang dari agama lain bertanya. Oleh karena itu sangatlah penting untuk kita dapat mengerti arti dari suatu ayat di dalam Alkitab.
Untuk dapat mengerti arti dari suatu ayat Alkitab biasanya membutuhkan waktu yang lama, salah satunya adalah dengan melakukan pendalaman Alkitab. Apalagi jika kita mau mengerti dan mendalami keseluruhan Alkitab, mungkin seluruh hidup kita tidak akan cukup untuk menyelaminya. Namun sebenarnya terdapat kiat – kiat khusus agar kita dapat mengerti suatu ayat Alkitab dalam waktu singkat. Banyak orang mengira saya belajar di STT (Sekolah Tinggi Teologia) atau pendeta karena saya bisa banyak menjawab pertanyaan mengenai apapun yang ada di Alkitab. Ini salah besar karena saya hanyalah jemaat biasa yang sangat mencintai Firman Tuhan. Jika ada suatu pertanyaan sulit mengenai suatu ayat Alkitab yang belum saya mengerti, saya melakukan langkah – langkah kecil agar dapat mengerti ayat tersebut walaupun dengan waktu yang sangat singkat.
Sudah cukup dengan bertele – telenya, langsung saja ini dia tips agar kita bisa memahami suatu ayat Alkitab dalam waktu 5 menit saja:
1. Baca ayatnya berulang – ulang
Hal yang paling mudah dan paling cepat adalah dengan membaya ayat tersebut yang tidak kita mengerti berulang – ulang. Coba baca dengan perlahan kata per kata dan hayati ayat tersebut. Walaupun membaca ayat yang sama, tapi hal yang di dapat setiap kali kita membaca suatu ayat dalam Alkitab bisa saja berbeda. Jika cara ini masih tetap saja membuat kita tidak mengerti akan arti ayat tersebut, silakan lanjut ke cara kedua.
2. Baca ayat sebelum dan sesudahnya
Budaya asal comot ayat sangatlah meresahkan belakangan ini. Bahkan ayat Alkitab seringkali dibilang “porno” karena orang hanya asal comot ayat saja. Padahal jika kita membaca ayat sebelum dan sesudahnya, tentu semuanya akan menjadi lebih jelas. Ya, suatu ayat tidak bisa lepas dari ayat sebelum dan sesudahnya. Pada teks aslinya, Alkitab sama sekali tidak punya pasal dan ayat. Pasal dan ayat yang ada di Alkitab sekarang ini dibuat oleh manusia agar kita lebih mudah dalam membaca Alkitab, Jika kita membaca ayat Alkitab hanya sepotong, bisa jadi kita salah menangkap maksud dari penulis. Sama saja jika kita baca surat cinta hanya sepotong. Misalkan ada bagian dalam surat cinta tersebut yang berkata “Aku benci kamu”, belum tentu surat tersebut benar – benar ingin menunjukkan bahwa si penulis benar – benar benci. (Duh maaf malah jadi lari ke surat cinta). Jadi intinya adalah baca minimal satu perikop pada ayat tersebut, lebih baik lagi satu pasal dibaca juga.
3. Baca terjemahan bahasa lain
Terjemahan Baru (BIS) yang merupakan terjemahan yang kita baca sekarang sebenarnya merupakan terjemahan yang sudah cukup baik, walaupun tidak sempurna. Alkitab yang sempurna adalah Alkitab dari bahasa aslinya, namun tentu kita sebagai orang awam tidak mengerti bahasa Yunani, apalagi bahasa Ibrani. Beruntung kita sekarang hidup di masa teknologi yang sudah maju, aplikasi Alkitab yang kita punya biasanya bisa membaca Alkitab dengan berbagai terjemahan. Terjemahan yang saya rekomendasikan yang harus ada di aplikasi Alkitab kita adalah terjemahan King James Version (KJV) dan Bahasa Indonesia Sehari – hari (BIS). Sebenarnya TB lebih baik daripada BIS, namun terkadang kita dapat lebih mudah mengerti suatu ayat dengan terjemahan BIS. KJV adalah terjemahan yang paling direkomendasikan dari terjamahan lain karena KJV menterjemahan secara literal, yaitu kata per kata. Intinya kalau bingung, merujuklah pada KJV. Jika dengan cara ini juga masih bingung, coba cara selanjutnya.
4. Lihat tafsiran
Dulu saya menggunakan software e-sword atau sabda di komputer untuk dapat melihat tafsiran. Banyak orang juga mempunyai Alkitab khusus yang sudah ada tafsirannya, saya juga punya sih. Namun lagi – lagi kita sudah sangat dimudahkan oleh teknologi. Sudah ada aplikasi “tafsiran” di google play store yang bisa digunakan secara gratis untuk memudahkan kita mengerti ayat Alkitab. Jadi jika mau mudah, tinggal install aplikasinya di perangkat kamu dan mulai mendalami isi Alkitab menggunakan aplikasi tersebut. Tafsiran yang ada memang belum tentu 100% akurat, namun tafsiran ini pastinya akan sangat membantu kita dalam memahami Alkitab. Jika tafsiran masih kurang membantu, lanjut ke cara selanjutnya.
5. Tanya saudara seiman atau google
Ya, cara ini akan menjadi cara yang ampuh jika kita masih tidak dapat mengerti ayat di dalam Alkitab. Bertanya pada saudara seiman yang lebih dewasa rohani akan menjadi jalan yang benar. Kita juga bisa bertanya pada google. Namun INGAT, jangan pernah mengacu pada satu tulisan yang ada di google, baca beberapa tulisan sebagai sumber pengetahuan. Karena google juga bisa salah loh.
5 cara di atas merupakan cara yang hampir selalu dapat menjawab pertanyaan mengenai suatu ayat Alkitab. Namun tentu pendalaman Alkitab yang lebih lanjut akan sangat berguna agar kita dapat benar – benar mengerti makna dari suatu ayat dalam Alkitab. Semoga dengan adanya tulisan ini kita semua dapat belajar Alkitab secara mandiri sehingga pertumbuhan iman kita akan semakin baik. Selamat memahami Alkitab.
-N.L.H-
“Kak, saya tahu pacaran beda iman itu tidak benar. Saya tahu ayat Alkitab yang bilang gelap dan terang tidak bisa bersatu, tapi pacar saya yang lain agama ini orangnya baik kak, saya berat memutuskan hubungan dengannya. Maunya saya sama yang seiman tapi nggak ada yang bisa ngertiin saya selain dia kak. Saya pernah mencoba putus tapi selalu balik lagi. Saya rasanya tidak bisa hidup tanpa dia. Kayaknya udah terlanjur sayang kak, gimana ya?”
“Kak, saya sedang menjalin hubungan dengan seorang pria, saya lagi bingung kelanjutannya. Hampir tiap hari ada konflik dan bahkan sudah sampai ada kekerasaan secara fisik. Teman dan orang tua sudah sarankan untuk putus aja karena pacar saya ini kalau marah kasar sekali, kata mereka berbahaya kalau sudah menikah, bisa KDRT . Tapi masalahnya, kalo habis konflik berat terus dia datang baikin saya, bilang maaf dan katanya masih sayang sama saya, saya jadi luluh mau menerima dia lagi. Begitu berulang-ulang. Saya kasih kesempatan tapi dia tidak berubah-berubah. Saya mulai frustrasi. Saya ingin putus tapi nggak bisa. Mungkin karena rasa sayang saya ya, sudah terlanjur dalam, jadi susah hilang. Gimana ya, kak? “
Pernah mendengar curhatan seperti ini atau justru sedang mengalaminya? Mengapa walaupun sudah menyadari memiliki hubungan yang tidak sehat, tidak berkualitas, tidak sesuai dengan nilai hidup dan menyakitkan, orang tetap tidak bisa mengambil keputusan untuk keluar dari hubungan tersebut? Apakah alasannya karena benar-benar sangat menyayangi/mencintai pacarnya? Sudah terlanjur sayang?
Dalam proses pengambilan keputusan, termasuk untuk memutuskan hubungan atau tetap bertahan dalam suatu hubungan, orang dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang mendominasi dan menguasai hidupnya (dominant thought). Pikiran-pikiran itu biasanya merupakan pikiran bawah sadar yang sudah terbentuk dari pengalaman hidup dan nilai-nilai yang tertanam sejak masa kecilnya sampai sekarang. Salah satu pengalaman yang akan sangat mempengaruhi adalah pengalaman bersama dengan orang-orang di lingkungan pertama kehidupan seperti dengan keluarga. Kumpulan pikiran tersebut akan membentuk mindset kita dan akan mempengaruhi perilaku dan perasaan kita.
Dalam contoh kasus diatas sebenarnya penyebabnya bukan semata-mata kita sudah terlanjur sayang dengan seseorang, namun kita sudah mengalami fase hubungan yang mengikat atau kecanduan (addictive relationship) yang dibungkus oleh perasaan sayang (menurut kita), bukan kasih sayang yang murni. Fase ini merampas kebebasan kita dalam membuat keputusan, mengekang kita untuk menjadi diri sendiri, merenggut kebebasan kita untuk mencintai seseorang melalui pilihan tetapi lebih karena ketergantungan.
Berikut ini ada contoh 6 pemikiran yang membuat seseorang sulit memutuskan hubungan dengan pacarnya walaupun ia sadar bahwa ia berada dalam hubungan yang buruk. Pikiran-pikiran ini jika tertanam secara mendalam bisa menyebabkan kita mengalami addictive relationship. Pikiran ini bisa disadari oleh orang itu, namun juga tidak disadari karena ada di dalam bawah sadarnya yang tertutup oleh hal-hal yang di permukaan.
1. Saya tidak akan menemukan orang yang lebih baik
Pikiran ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki rasa keberhargaan diri (self esteem) yang rendah. Jika dihubungkan dengan pengalaman masa lalu, kemungkinan ia kurang mendapat kasih sayang dari orang tua atau orang-orang di kehidupan awalnya. Ia merasa tidak cukup menarik, tidak cukup dapat membuat orang lain jatuh cinta kepadanya. Maka, ia cenderung mempertahankan hubungan dengan pacarnya sekarang, walaupun menyakitkan.
2. Saya tidak ingin sendiri/takut kesepian
Ada orang yang merasa takut jika hidup sendiri. Ia akan merasa kesepian bila tidak ada orang di sampingnya. Ia juga takut sendiri karena tidak terdidik untuk mandiri, termasuk untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Atau, orang tidak ingin hidup sendiri karena takut dicap sebagai perawan atau perjaka tua serta dinilai tidak normal oleh masyarakat.
3. Saya ingin dinilai baik oleh lingkungan sosial
Keinginan untuk mendapat penerimaan dari lingkungan sosial membuat kita melakukan hal yang secara sosial dijadikan nilai yang harus diikuti. Walaupun belum tentu benar dan tidak sesuai ajaran firman Tuhan, namun bila hal tersebut telah melekat di pikiran kita maka kita seolah-olah akan “ditetapkan” untuk tidak memutuskan hubungan yang buruk. Contohnya seperti “kita gagal jika kita mengakhiri hubungan”, “cinta itu selamanya”, “kita harus punya pasangan hidup”, “kita tidak boleh menyakiti siapapun”, “kita tidak akan bahagia hidup sendiri”, dan lain-lain.
4. Pacar saya akan berubah
Seseorang bisa berada dalam harapan dan khayalan bahwa pacarnya yang berperilaku buruk suatu saat akan berubah menjadi baik. Ia bahkan akan menekankan pada dirinya sendiri untuk bersabar dan berperilaku lebih baik kepada pacarnya agar pacarnya dapat berubah. Ia mengabaikan penjelasan bahwa perilaku adalah hal yang sulit dirubah apalagi bila sudah menjadi karakter dan kebiasaan. Perilaku yang buruk biasanya juga akan bertambah buruk seiring dengan semakin dalamnya suatu hubungan.
5. Pacar saya membutuhkan saya
Pada dasarnya orang senang dibutuhkan, apalagi wanita, yang secara alamiah senang memperhatikan orang lain. Wanita cenderung akan merasa berharga bila pacarnya menunjukkan kebutuhan yang tinggi akan peran dan perhatiannya. Sehingga, ia pun bersedia berkorban untuk itu. Padahal wanita yang terlalu memberi perhatian kepada pacarnya biasanya sebenarnya justru adalah wanita yang terlalu membutuhkan perhatian. Ia memiliki ketergantungan emosi dengan pacarnya sehingga berusaha mengikat pacarnya dengan perhatiannya. Ada juga pemikiran bahwa ia tidak tidak bisa putus dengan pacarnya karena khawatir pacarnya akan lebih buruk bila ia tidak mendampinginya.
6. Saya membutuhkan pacar saya
Ada orang-orang yang mempertahankan hubungan walaupun buruk secara emosional karena ia melihat hal-hal lain yang ia pikir bisa didapat dari pasangannya, seperti kebutuhan materi, seks, status sosial, dan lain-lain. Ia memiliki pemikiran bahwa hal-hal itu dapat memberinya kebahagiaan, sehingga walaupun hubungan berjalan dengan buruk, ia tidak mau melepaskan hubungan itu, karena khawatir kehilangan semua hal yang ia butuhkan itu.
Bagaimana jika Anda mengalami semua ini? Apa langkah-langkah yang perlu dilakukan agar Anda dapat mengambil keputusan untuk keluar dari hubungan yang buruk dan tidak sehat ini?
1. Temukan pikiran-pikiran utama (dominan thought) yang mendasari Anda mempertahankan hubungan yang tidak sehat atau menyakitkan tersebut. Anda perlu mencari dan merenungkannya karena hal tersebut terletak di dasar pikiran, di alam bawah sadar. Anda dapat meminta bantuan dari orang yang dapat dipercaya untuk menggalinya, termasuk bila perlu, seorang psikolog atau psikiater yang tepat.
2. Akui pikiran-pikiran yang salah yang telah mempengaruhi perilaku dan perasaan Anda. Selanjutnya, ganti pikiran yang lama dengan pikiran baru dan benar, yaitu pikiran Kristus, pikiran yang sesuai dengan firman Tuhan. Mulai dari membaca dan mendengar firman Tuhan. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rm. 10:17). Firman yang kita dengar dan baca tidak boleh hanya berhenti di titik logos (pengetahuan) saja, tapi harus direnungkan dan dipraktekkan sampai menjadi rhema (pewahyuan pribadi) dan masuk ke pikiran bawah sadar. Bila hal ini telah terjadi dengan sendirinya pikiran dan perasaan Anda akan berubah sesuai firman Tuhan.
3. Jangan berfokus pada perasaan saja: ingin memaklumi, mengatasi dan menghilangkan perasaan. Paradoksnya adalah, semakin kita berusaha untuk menghilangkan atau melupakan justru semakin kuat perasaan itu akan muncul dan mengaburkan kebenaran yang ingin kita dapatnya. Fokuslah untuk mengisi pikiran bawah sadar Anda dengan pikiran-pikiran firman Tuhan sampai menjadi rhema.
4. Terbukalah terhadap pendapat dan saran dari orang-orang yang Anda tahu memiliki kebijaksanaan dan kedewasaan rohani. Jika belum memiliki orang-orang semacam ini, cari dan mintalah mereka untuk menolong Anda. Jadikan semua masukan itu sebagai tambahan isi pikiran kita, supaya kita juga memiliki kebijaksanaan untuk mengambil keputusan yang benar.
5. Sadari bahwa Anda adalah ciptaan yang baru. Rasul Paulus dalam Roma 7:19 berkata, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Bukan hanya Anda yang mengalami pergumulan untuk melepaskan pikiran bawah sadar yang negatif atau merusak, Paulus pun juga mengalaminya. Namun, Paulus bisa menang dengan menyadari bahwa ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang (2 Kor. 15). Paulus juga senantiasa mengalami pembaharuan pikiran (Rm. 12:2) sampai pada satu titik di mana ia bisa mempunyai kehendak yang kuat yang berkenan di hadapan Tuhan. Ketika kita sudah mulai mendapat pikiran baru yang sesuai dengan pikiran Kristus, yang bertentangan dengan pikiran yang selama ini mencengkram kita, kita akan mulai dapat berpikir lebih rasional sehingga kita lebih memiliki daya untuk memutuskan hubungan yang tidak sehat.
6. Putuskan hubungan yang buruk itu. Memang bagaimanapun situasinya, ini bukan hal yang mudah karena sudah menyangkut perasaan/hati serta sudah tertanam lama di diri Anda. Dalam prosesnya Anda memang akan merasa sedih, marah, takut, bimbang, dan lain-lain yang bercampur-aduk. Terima perasaan itu dan sediakan waktu bagi diri sendiri juga untuk berpindah dari perasaan sebelumnya ke perasaan yang baru, seiring dengan bertambahnya pikiran baru dalam diri Anda. Prosesnya dapat terasa lambat dan menyakitkan, namun bila Anda mengambil keputusan yang benar, hidup Anda akan menjadi lebih baik.
7. Miliki teman-teman dan sahabat yang bisa menolong dan mendampingi Anda dalam menghadapi masalah. Masuklah dalam komunitas sejati yang orang-orangnya juga mengasihi Tuhan, yang ingin hidup Anda lebih baik. Anda akan lebih kuat menghadapinya.
8. Miliki iman bahwa di dalam Tuhan Anda tidak akan dikecewakan. Menyenangkan hati Tuhan harus menjadi fokus dan kerinduan Anda. Dengan melepaskan hubungan yang buruk, Anda terbebas dari beban untuk mengurusi hal-hal yang sia-sia, dan bisa berfokus untuk membangun hidup Anda menuju panggilan yang Tuhan sediakan.
Heppida Sinaga, Psi dan Antonius Kurniawan ST
Banyak orang percaya kalau saat hari penghakiman nanti dosa dan pahala kita akan ditimbang. Jika pahala kita lebih banyak, maka kita akan masuk surga. Sebaliknya, jika dosa kita lebih banyak, maka kita akan masuk neraka. Sepertinya saya sudah tidak perlu lagi menjelaskan apa itu palaha dan dosa, begitu juga dengan surga dan neraka, karena anak SD juga pasti sudah tahu akan hal ini.
Yang jadi permasalahannya adalah, jika memang dosa dan pahala kita nanti ditimbang, mungkinkah kita bisa masuk surga? Berbicara mengenai pahala, sepertinya kita tidak perlu membahas banyak tentang hal ini karena biasanya kalau soal pahala, hampir semua orang mengingat apa yang sudah dia lakukan, apalagi yang mencari pahala untuk bisa masuk surga.
Masalahnya adalah mengenai dosa. Banyak orang mengira bahwa dosa terbatas pada hal – hal seperti mencuri, membunuh, dan bahkan menyembah berhala. Tetapi banyak orang sering lupa tentang hal – hal kecil yang juga adalah dosa.
Roma 3:23, Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
Alkitab mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Ya memang kenyataannya demikian, apakah ada yang tidak pernah berbuat dosa? Jika Anda merasa tidak pernah berbuat dosa, ayo kita merenungkan hal – hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Membajak karya orang lain, termasuk membajak DVD adalah dosa, jadi seharusnya yang membeli DVD bajakan juga berdosa. Apakah ada di sini yang tidak pernah membeli DVD bajakan? Kalau memang ada, ayo kita merenungkan hal yang lain. Bagaimana dengan foto copy buku pelajaran, apakah ini dosa? Memakai pakaian, tas, sepatu, atau apapun yang merupakan barang KW, apakah ini dosa? Yang sedang melihat ini di komputer atau laptopnya, apakah semua softwarenya adalah asli? Bukankah memakai software bajakan juga adalah dosa? Untuk yang suka berkendara, baik itu motor maupun mobil, seberapa sering kita melanggar lalu lintas? Bukankah melanggar lalu lintas adalah dosa? Seberapa sering kita seenaknya membuang sampah sembarangan? Oke tidak masalah jika Anda bilang hal ini tidak dosa, saya tidak akan berdebat di sini.
Kita hidup di dunia yang sudah tercemar oleh dosa, mau tidak mau kita juga akan hidup di dalam dosa. Dunia memaksa kita untuk menuruti nafsu dan kemauan kita. Dimana ada hawa nafsu yang mementingkan diri sendiri, di situ pasti ada dosa. Masih banyak hal di kehidupan kita sehari – hari yang sebenarnya adalah dosa, namun karena dunia ini sudah sangat salah, hal – hal tersebut dianggap wajar dan sah – sah saja. Contoh yang paling sederhana adalah memanggil orang lain dengan sebutan kasar, yang biasanya membawa – bawa makhluk yang dari kebun binatang. Banyak orang menganggap hal ini adalah hal sepele yang bukanlah dosa, tetapi apakah benar menyamakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna dengan sebutan makhluk lain dari kebun binatang tidak dosa?
Al-Quran tentunya sangat rinci membahas tentang apa itu dosa, namun saya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk membahas dosa yang dibahas oleh Al-Quran, tetapi saya yakin standard dosa dalam Al-Quran sangatlah tinggi. Kalau memang tidak demikian, tolong segera beritahu saya. Namun kalau bicara soal dosa di dalam Alkitab, saya sangat tahu bahwa standard dosa di dalam Alkitab sangatlah tinggi. Kalau dibahas satu semuanya akan sangat panjang, oleh karena itu saya akan mencoba membahas dua ayat saja.
Matius 5:27-28, Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Jika kita berpegang pada ayat ini, maka hampir bisa dipastikan semua orang normal pernah setidaknya satu kali berzinah, walaupun berzinah di dalam hati. Saya adalah seorang laki – laki, sudah tidak terhitung berapa kali saya berzinah dengan mata dan hati saya. Bagaimana dengan Anda? Standard Alkitab sangat tinggi, perzinahan bukan hanya dinilai dari apa yang sudah dilakukan, tetapi juga apa yang dipikirkan dan apa yang muncul di dalam hati.
Yakobus 4:17, Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
Menurut Alkitab, dosa bukan hanya jika kita melakukan hal buruk yang bertentangan dengan Firman Allah. Saat kita tidak melakukan apa – apa pun, kita juga bisa berdosa. Ketika kita tahu bagaimana harus berbuat baik, tetapi kita tidak melakukan apa – apa dan hanya diam saja, kita sudah termasuk melakukan dosa. Jika kita berlandaskan pada standard yang ada di Alkitab, orang yang pergi bertapa tanpa melakukan apapun sebenarnya sudah berdosa, karena pasti mereka tahu kalau mereka harus juga berbuat baik pada orang lain
Jadi kita tahu, kita hidup pada dunia yang dipenuhi oleh dosa, apakah masih ada orang yang pahalanya lebih banyak daripada dosanya di dunia ini? Pendapat saya pribadi adalah TIDAK! Hidup sebaik apapun kita, kita akan tetap terus terperangkap di dalam dosa karena daging kita ini sangat lemah. Kedagingan kita akan terus ingin melakukan dosa. Bagaimana selanjutnya?
Roma 6:23, Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Ya, upah dosa adalah MAUT! Saat kita melalukan dosa, kita akan masuk ke alam maut. Jika tidak mengerti apa itu alam maut, singkatnya ini adalah kematian yang kekal di dalam neraka. Jadi bagaimana agar kita bisa selamat? Silakan baca pembahasan yang sudah ada sebelumnya di Memperoleh Keselamatan Kekal. Jadi, masihkah kita berpikiran bahwa pahala kita lebih besar daripada dosa yang kita lakukan?
-N.L.H-
Dengan berbagai alasan, banyak sekali orang yang sering mengucapkan sumpah. Bahkan tidak jarang kalau ada orang yang sebentar sebentar mengucapkan sumpah. Lalu apa kata alkitab tentang bersumpah? Seperti biasa, kita harus melihat dasar Firman Tuhan terlebih dahulu.
Matius 6:33-37, Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Pada pembahasan kali ini saya mencoba untuk membahasnya dari satu kutipan Firman Tuhan yang sudah sangat jelas mengatakan tentang hal bersumpah. Janganlah sekali – kali kita mengucapkan sumpah karena alkitab sudah jelas mengatakan bahwa kita harus berkata apa adanya tanpa embel – embel apapun. Jika ya, kita katakan ya, jika tidak, kita katakan tidak. Kita harus senantiasa berkata jujur tanpa harus bersumpah. Hukum taurat memang berkata bahwa kita tidak boleh bersumpah palsu, tetapi Tuhan Yesus mengajarkan hukum yang lebih tinggi, yang seperti dikatakan pada ayat di atas. Jika kita sampai harus mengucapkan sumpah, berarti ada yang salah dengan hidup kita.
Kenapa saya katakan bahwa Tuhan Yesus mengajarkan hukum yang lebih tinggi? Dan kenapa juga saya katakan bahwa jika kita sampai harus bersumpah berarti ada yang salah dengan hidup kita? Jawabannya sederhana, mengapa orang harus bersumpah? Ya, jawabannya adalah agar mendapat kepercayaan. Orang apa yang harus mendapatkan kepercayaan? YA, ORANG YANG TIDAK BISA DIPERCAYA! Jika kita sudah mendapatkan kepercayaan sebelumnya, maka kita tidak perlu bersumpah. Inilah yang saya maksud dengan hukum yang lebih tinggi. Tuhan Yesus mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran. Hanya orang jujur yang selalu dipercaya. Orang yang sudah “dicap” jujur tentunya tidak akan perlu sampai mengucapkan sumpah. Jadi sekali lagi, kita tidak perlu bersumpah. Jika kita sampai harus merasa perlu untuk mengucapkan sumpah, berarti ada yang salah dengan cara hidup kita sebelumnya. Kita harus introspeksi diri mengapa kita sampai tidak dipercaya.
Salah satu penyebab orang tidak dipercaya adalah karena terlalu sering bercanda dengan membawa kebohongan. Tentu saja saya tidak bilang bercanda itu buruk. Bercanda sangat baik karena kita bisa membuat orang lain tertawa. Tetapi kalau kita harus sampai bohong hanya untuk bercanda, itu sama sekali tidak dibenarkan. Mungkin masih ada yang tidak mengerti tentang bercanda dengan membawa kebohongan, maka saya akan beri contohnya. Misalnya Bunga pura – pura bersedih dan menceritakan hal sedih kepada temannya Melati, saat Melati ikut sedih, Bunga langsung tertawa melihat wajah Melati dan berkata kalau Bunga hanya bercanda. Jika Bunga terus – terusan melakukan bercandaan yang seperti ini, maka bisa saja suatu saat Bunga “harus” bersumpah terlebih dahulu kepada Melati jika ingin menceritakan hal yang bukan bercandaan. Bunga bisa saja terikat “harus” bersumpah setiap kali ingin mengatakan kebenaran. Walaupun ceritanya kurang jelas, semoga bisa dimengerti ya. Hehe
Lalu bagaimana dengan kita yang sudah terlanjur sering mengucapkan sumpah? Tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan kepercayaan orang lain. Kita bisa mulai sekarang berkata jujur tanpa harus bersumpah. Tapi bagaimana jika orang itu tidak percaya? Ya terserah orang lain mau percaya atau tidak dengan perkataan kita, yang terpenting adalah kita sudah berbicara jujur. Jika orang melihat ternyata perkataan kita adalah perkataan yang jujur walaupun tidak bersumpah, lambat laun kita akan kembali mendapatkan kepercayaan.
Kesimpulannya, jangan sekali – sekali kita bersumpah. Orang yang perlu bersumpah adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Kita harus senantiasa berkata jujur, sehingga kita tidak perlu sampai mengatakan sumpah untuk mendapatkan kepercayaan orang lain.
Mazmur 37:37, Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan;
Nb: Nama tokoh dan cerita dalam ilustrasi dalam tulisan ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada persamaan nama atau peristiwa, hal itu hanyalah kebetulan semata.
-N.L.H-
Doa adalah nafas orang percayaPernyataan di atas sering kali kita dengar dan tidak asing lagi di telinga kita. Pernyataan ini bisa dikatakan cukup tepat, doa adalah nafas rohani setiap orang percaya. Manusia yang tidak bernafas bisa dikatakan tidak hidup. Begitu juga dengan orang Kristen yang tidak berdoa bisa dikatakan mati secara rohani. Namun sangat disayangkan banyak orang Kristen yang tidak mengerti bagaimana caranya berdoa dan bagaimana meresponi setiap jawaban Tuhan. Tidak heran banyak yang bertanya “Mengapa doa saya tidak dijawab?” Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas seluk beluk mengenai doa.
Doa siapa yang berkuasa?
Banyak yang berkata kalau doa orang yang sedang menderita biasanya didengar Tuhan, atau doa orang yang baik biasanya didengar Tuhan. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa doa pendeta adalah doa yang lebih berkuasa (lebih didengar Tuhan), apakah benar demikian? Langsung saja kita cek kebenarannya melalui dua ayat ini.
Amsal 15:29, TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.
Yakobus 5:16b, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.Dari dua ayat di atas kita bisa tahu bahwa doa yang berkuasa adalah doa orang benar. Ya memang karena dosa tidak ada orang yang benar di dunia ini, tetapi karena darah Yesus Kristus, kita telah dibenarkan dan ditebus menjadi umat pilihan Allah. Jadi doa setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi sangat besar kuasanya.
Ah yang benar doa ada kuasanya?
Kisah Para Rasul 16:25-26, Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.Untuk yang belum yakin akan kuasa doa, ini mungkin merupakan salah satu contoh bagaimana kuasa doa yang sangat luar biasa bisa terjadi. Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji – pujian kepada Allah pada waktu mereka ada di dalam penjara, dan apa yang terjadi? Semua belenggu yang mengikat mereka lepas dan pintu penjara terbuka. Satu contoh ini sepertinya sudah cukup untuk dapat menggambarkan bagaimana besarnya kuasa doa.
Bukannya Tuhan sudah tau apa yang mau kita doakan, kenapa harus tetap berdoa?
Matius 6:8, Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.Walaupun Tuhan sudah tau apa yang akan kita doakan dan Tuhan sudah tau apa yang ada di dalam isi hati kita, kita harus tetap berdoa. Tuhan mau mendengar suara kita. Tuhan mau kita dekat dengan Dia. Doa juga merupakan hak istimewa yang sudah Tuhan berikan untuk setiap umat-Nya, kita dapat berbicara langsung kepada Tuhan melalui doa kita. Melalui doa, kita juga dapat lebih dekat dan mengenal Tuhan.
Lukas 22:40, Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."Tuhan Yesus juga memerintahkan kita untuk berdoa agar kita tidak jatuh dalam pencobaan. Dalam setiap masalah kita, Tuhan Yesus mau kita datang kepada-Nya. Tuhan mau kita berdoa dan menyampaikan setiap masalah kita pertama – tama kepada-Nya. Dengan demikian kita bisa lebih kuat dan tidak jauh di dalam pencobaan yang kita alami.
Doa seperti apa dan yang bagaimana yang dijawab Tuhan?
Matius 21:22, Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
Markus 11:24, Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.Banyak orang yang memakai dua ayat ini untuk membenarkan apapun doa mereka. Mereka merasa bahwa mereka sudah berdoa dengan penuh kepercayaan dan di dalam nama Tuhan Yesus. Namun tidak sedikit yang akhirnya mengeluh karena doanya ternyata tidak dijawab oleh Tuhan? Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini karena satu ayat ini tidak dihubungkan dengan ayat lainnya atau bisa dibilang asal comot ayat tanpa terlebih dahulu mengetahui arti yang sebenarnya. Tanpa berpanjang lebar ayo kita lihat doa yang seperti apa yang dijawab Tuhan.
Yohanes 15:7, Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.Yang pertama adalah kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan Yesus dan Firman Tuhan Yesus juga tinggal di dalam kita? Apa artinya ini? Artinya adalah kita mengetahui apa kehendak Tuhan. Doa yang dijawab Tuhan adalah doa yang sesuai dengan kehendak-Nya. Bagaimana cara mengetahui kehendak Tuhan? Cara paling mudah adalah dengan membaca alkitab sehingga Firman Tuhan Yesus bisa ada di dalam kita. Selain itu berpuasa juga merupakan cara yang paling baik agar kita dapat mengetahui kehendak Tuhan. Intinya adalah mendekatkan diri pada Tuhan, semakin kita dekat Tuhan, semakin kita mengetahui isi hati Tuhan. Jika sudah demikian, pasti apa yang kita mau sama seperti yang Tuhan mau dan doa kita akhirnya dijawab karena kita berdoa sesuai kehendak-Nya.
1 Yohanes 3:22, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
1 Yohanes 3:23, Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.Dari ayat di atas kita dapat tahu bahwa kita memperoleh sesuatu karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Apa sih sebenarnya perintah-Nya itu? Perintah yang paling jelas adalah supaya kita percaya kepada nama Yesus dan saling mengasihi. Jadi, kita jangan terus menuntut, kita lakukan apa bagian kita, kita lakukan yang terbaik yang kita bisa dan melakukan segala perintah-Nya, bagian Tuhan adalah menjawab doa kita.
Kenapa doa saya tidak dijawab Tuhan?
Yakobus 4:3, Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.Berlawanan dengan pembahasan sebelumnya, kita juga harus tahu apa yang salah dengan doa kita kalau doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Alasan paling utama adalah karena kita salah berdoa, yaitu kita berdoa yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Doa yang tidak sesuai kehendak Tuhan sangat jelas, yaitu doa yang hanya ingin memuaskan nafsu kita. Misalnya berdoa meminta handphone baru walaupun sebenarnya kita tidak membutuhkannya, jelas ini hanyalah nafsu semata.
Markus 11:25, Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."Nah! Ini bisa jadi salah satu penghambat kenapa doa kita belum dijawab Tuhan. Kita harus terlebih dahulu membereskan dosa kita sebelum kita berdoa kepada Tuhan. Dan dosa kita tidak bisa dibereskan kalau kita belum dapat mengampuni orang lain. Jadi pada saat kita berdoa, kita tidak boleh masih menyimpan dendam atau kepahitan kepada orang lain. Untuk pembahasan bagaimana caranya mengampuni, sudah ada tulisan sebelumnya yaitu Mengampuni, Sulitkah?
Apakah doa harus menggunakan kata – kata yang bagus dan puitis?
Matius 6:7, Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.Kita tidak perlu merangkai terlebih dahulu kata – kata dan berpuisi ketika kita berdoa. Ya, memang Daud melakukannya, Daud menyampaikan doa yang indah bagaikan puisi, namun yang perlu diperhatikan adalah hati Daud juga memang sungguh – sungguh. Jika kita tidak bisa mengucapkan doa yang indah seperti Daud, itu sama sekali tidak masalah, karena apa yang Tuhan lihat adalah hati kita, bukan sekedar kata – kata kita.
Kalau Tuhan belum jawab ya dan belum jawab tidak juga bagaimana? Bagaimana juga kalau kita belum tahu kehendak Tuhan seperti apa?
Lukas 18:1, Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.Ya, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk terus berdoa dengan tidak jemu – jemu. Kita harus terus senantiasa berdoa. Jika doa kita masih belum ada jawaban walaupun kita tahu doa itu sesuai dengan kehendak Tuhan, kita harus terus senantiasa berdoa kepada Tuhan. Tetapi biasanya kita belum tahu apakah doa kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya atau belum, oleh karena itu kita juga harus tetap senantiasa berdoa dan berkata “Jadilah kehendak-Mu”. Jadi walaupun kita terus berdoa, kita juga tidak memaksakan semua isi doa kita dijawab, tapi membiarkan kehendak Tuhan saja yang jadi, baik itu memang sama dengan doa kita atau tidak.
Matius 6:10b, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.Terakhir, saya ingin mengutip kata – kata Pendeta Philip Mantofa dalam tweetnya:
Berdoalah sampai sesuatu terjadi; berdoalah sekalipun tidak terjadi apa-apa; dan berdoalah tak peduli apapun yang terjadi!Jadi, tunggu apa lagi? Ayo kita jadikan doa sebagai suatu gaya hidup.
1 Tesalonika 5:17, Tetaplah berdoa.
Efesus 3:20, Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,-N.L.H-